Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada hari Kamis  (08/09/2022), merilis peraturan terbaru mengenai pelaksanaan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk tahun 2023. Saya menonton pernyataan Mas Menteri Nadiem Makarin di kanal Youtube Kemendikbud bertajuk Merdeka Belajar episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Berdasarkan hasil pemahaman saya sebagai seorang awam dan seorang ibu dari seorang putra yang baru saja mendaftar di PTN ditahun 2022 ini, banyak perubahan signifikan dari perubahan  tata cara seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang akan mulai berlaku tahun depan tersebut.
Sebagai kelanjutan dari peraturan baru tersebut, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Negeri (LTMPT) yang sejak tahun 2019 merupakan lembaga penyelenggara tes masuk perguruan tinggi negeri bagi para calon mahasiswa baru, pada tahun 2023 mendatang, tidak akan lagi menjadi penyelenggara seleksi masuk PTN. Â Tes selanjutnya akan dikoordinasi oleh UPT Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3) pada Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek.
Kalau saya bandingkan antara peraturan baru dengan peraturan lama, untuk peraturan lama tersebut, saya lumayan banyak tahu, karena kebetulan, putra saya sendiri, adalah siswa yang terjaring diterima masuk di PTN melalui salah satu jalur masuk yang ada, yaitu jalur SNMPTN tahun 2022.  Dan artinya, putra saya beserta seluruh siswa-siswi seluruh Indonesia lulusan SMA tahun 2022 akan menjadi angkatan terakhir  yang ikut melaksanakan seleksi masuk PTN melalui LTMPT tersebut.
Pengalaman saya yang ikut berjuang di garis belakang mendampingi putra saya mendaftar di PTN tahun pendaftaran 2022, adalah sebagai berikut:
Setelah semester 5 (kelas XII semester ganjil) berakhir, pihak sekolah bersiap untuk menyeleksi siswa siswi terbaiknya untuk melaju di jalur undangan atau yang disebut jalur SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri). Jumlah kelas XII di SMA Negeri tempat putra saya bersekolah, berjumlah 11 kelas, yang terdiri dari 5 kelas jurusan MIPA, dan 6 kelas jurusan IPS. Putra saya sendiri ada si jurusan IPS. Jumlah rata-rata murid per masing-masing kelas berjumlah 40 orang. Dengan total keseluruhan kelas XII berjumlah 440 siswa.
Dengan kuota 40 persen dari total 440 siswa tersebut, berarti pihak sekolah hanya akan bisa memilih siswa eligible sebanyak 176 siswa saja. Siswa eligible artinya siswa yang memenuhi syarat nilai yang diambil dari nilai rapor dari semester 1 sampai dengan semester 5, dengan peraturan nilai dari semester ke semester harus meningkat, setidaknya grafik mendatar, tetapi tidak boleh sebaliknya yatitu mengalami penurunan. Ada pun nilai yang diambil, hanya 6 mata pelajaran saja dan berbeda antara jurusan MIPA dan jurusan IPS. Mata pelajaran yang diambil di jurusan MIPA adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Biologi dan Kimia. Sementara untuk jurusan IPS, mata pelajaran yang diambil adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi.
Rata-rata, siswa eligible yang terjaring dari tiap kelas, jumlahnya 10 orang, tetapi tidak mesti yang masuk dalam ranking 10 besar, karena seperti yang dijelaskan di atas, ada peraturan keharusan kekonsistenan dari siswa yang bersangkutan dalam mempertahankan nilai dari kelas X sampai kelas XII semester 5. Bisa saja, ada siswa di semester 5, meraih ranking 10 besar, tetapi nilai ke 6 mapel dari mulai semester 1 sampai dengan semester 5 tidak konsisten bahkan setelah diakumulasikan, bisa dikalahkan oleh anak yang meraih ranking kelas di ats 10, tetapi nilai akumulasi ke 6 mata pelajarannya lebih besar dibanding anak yang ranking 10 besar tadi. Apalagi kalau ditambah bahwa anak yang bersangkutan mempunyai prestasi-presatasi lain selain prestasi akademis, yang bisa dibuktikan dengan piagam penghargaan atau sertifikat-sertifikat kejuaraan seperti di bidang seni, olah raga, bahasa, organisasi, sertifikat tahfiz Al-quran, dan sebagainya, yang juga paling rendah harus sudah di tingkat kabupaten/kotamadya.
Singkat cerita, putra saya terpilih sebagai siswa eligible dari kelasnya beserta ke-12 temannya yang lain, dan total  siswa dari kelasnya putra saya, berjumlah 13 orang. Setelah nama-nama dan jumlah siswa eligible dari keseluruhan kelas diumumkan oleh pihak sekolah, pihak sekolah akan mengisi data sekolah, nama siswa dan nilai siswa di pangkalan data di PDSS (pangkalan data sekolah dan siswa yang terhubung dengan laman LTMPT tersebut).
Selanjutnya, para siswa akan mulai mendaftar di laman LTMPT, dengan terlebih dahulu, harus membuat akun, dan kemudian mendapatkan password. Ketika pendaftaran serentak dibuka, para siswa akan login ke laman LTPMT dengan akun dan password masing-masing, memilih PTN tujuan, dengan hanya diperbolehkan memilih 2 PTN saja, bahkan untuk plihan kedua, hanya diperbolehkan memilih PTN yang berada di provinsi asal siswa tersebut. Contohnya putra saya, asal sekolahnya dari Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, pilihan PTN pertama, boleh PTN mana saja di seluruh Indonesia, tetapi PTN pilihan kedua, hanya ada UNTIRTA (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa). Universitas Syarif  Hidayatullah  atau yang juga dikenal dengan nama UIN Jakarta meskipun secara alamat berada di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, tetapi rupanya UIN Jakarta tersebut, merupakan milik Provinsi DKI Jakarta yang karenanya putra saya tidak bisa memilih UIN Jakarta tersebut sebagai PTN tujuan pilihan kedua.
Dan akhirnya, saya salah satu Mama dari sekian banyak Mama yang berbahagia yang anaknya diterima di PTN melalui jalur undangan SNMPTN. Di tahun-tahun sebelum 2022, ketika putra saya masih duduk di bangku kelas X dan kelas XI, saya hanya bisa menyaksikan dan ikut baper ketika para orang tua ramai meluapkan dan mengungkapkan rasa syukurnya, rasa bangganya, rasa haru serta rasa bahagianya di medsos, ketika hari pengumuman SNMPTN itu tiba, dan putra-putri mereka ada di jajaran siswa/siswi yang lolos diterima. Dalam hati, saya punya harapan besar, bahwa kelak, putra saya pun sama dengan mereka, semoga bisa lolos PTN melalui jalur istimewa ini.
Tak terasa waktu berlalu, akhirnya putra saya sudah tiba di penghujung masa SMA-nya, dan betapa bahagianya saya, bahwa anak saya, terpilih menjadi salah satu siswa eligible di sekolahnya, yang artinya berhak untuk maju mendaftarkan diri ke PTN melalui jalur undangan SNMPTN. Dari total 144 siswa yang terjaring sebagai siswa eligible dari kelas  MIPA dan kelas IPS, anak saya ada di antaranya, menempati posisi nomor 22, dengan nilai rata-rata 87 dengan 6 mata pelajaran wajib jurusan IPS, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi. Di kelasnya sendiri, anak saya selalu berada di 5 besar peraihan ranking selama masa 5 semester.
Seperti mimpi, apa yang saya angan-angankan  kurang lebih tiga tahun sebelumnya, pada hari Selasa, 29 Maret 2022, pukul 15.00 WIB, menjadi kenyataan. Ketika membuka laman LTMPT, memasukkan nomor peserta, ada muncul ucapan selamat bahwa putra saya diterima di PTN yang dipilihnya. Yaitu di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), jurusan BISNIS DIGITAL.
Rasanya campur aduk, bahagia, sedih, terharu, bercampur jadi satu, betapa tidak, kami sudah berjuang keras untuk bisa mewujudkan impian ini. Anak saya sudah belajar sunguh-sungguh selama lima semester agar  bisa mempertahankan nilai bahkan meningkatkan nilai dari keenam mata pelajaran yang sudah disebutkan di atas. Tanpa masuk bimbel, Alhamdulillah anak saya bisa mempertahankan nilai dan bahkan meningkatkan nilainya dari semester ke semester berikutnya. Saya dan suami, membantunya dengan do’a, mensupportnya dengan menyiapkan dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhannya.
Ketika proses memilih PTN dan prodi, kami rundingkan terlebih dahulu, kami konsultasikan juga terlebih dahulu dengan team guru BK di sekolahnya untuk menghindari kesalahan memilih PTN dan kesalahan memilih prodi yang bisa mengakibatkan gagal atau tidak lolosnya anak kami.
Jadi, peran aktif orang tua sangat membantu keberhasilan anaknya yang sedang berjuang memilih kampus impiannya, saya dan suami selalu mendampingi anak saya untuk menetapkan pilihan dan kemudian mengambil keputusan terkahirnya. Tentu saja pilihan pertama yang harus jadi prioritas adalah jurusan yang dipilih harus sesuai minat dan kemampuan anak saya, kemudian lokasi PTN yang tidak harus jauh dari rumah, kemudain harus melihat profil sekolah asal  (Alhamdulillah SMA anak saya adalah sekolah negeri, berakreditasi A, dan ada di daftar TOP 1000 di website LTMPT). Setelah itu harus melihat jumlah peminat dan daya tampung yang tersedia dari jurusan yang dipilih, persebaran alumni di PTN yang dituju, semakin banyak jumlah alumni yang sudah terlebih dahulu diterima di tahun-tahun sebelumnya, minimal sudah pernah ada yang diterima di PTN yang dituju, akan semakin besar peluang untuk lolos adik-adiknya di tahun-tahun berikutnya. Bolak-balik kami membuat riset sendiri, membuat perbandingan, mempertimbangkan semua aspek dan semua fakta yang ada, ternyata pilihan di PTN yang dekat dengan rumah (yang pertama UNJ di DKI Jakarta, dan satu lagi UNPAD  di Jawa Barat, peluangnya sama-sama tipis), bahkan ketika kami memutuskan untuk berganti pilihan PTN dan prodi pun, dan tentu saja masih  tetap yang masih dimintai anak saya, yaitu UIN Jakarta dan UPN Veteran Jakarta, jurusan Ekonomi Pembangunan, peluangnya masih saja tetap tipis. Bahkan kami sempat untuk memilih sekolah kedinasan STAN, yang ternyata setelah dikonsultasikan dengan guru BK di sekolah anak saya, semuanya sangat berat untuk dijadikan pilihan kecuali UPNV Jakarta, lagi-lagi anak saya pesimis, karena ada banyak pendaftar yang sama-sama berasal dari sekolahnya yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan kebetulan mengambil jurusan yang sama di UPNV Jakarta.
Sampai beberapa hari menjelang penutupan pendaftaran, kami masih galau, sampai pernah juga menjadi berbeda pendapat, kalau saya dan suami saya, Â ingin agar anak saya tetap memilih UNJ, Â tidak lolos, masih ada jalur UTBK dan jalur mandiri, anak saya tidak mau memilih yang peluang gagalnya besar, akhirnya semua bingung.
Sampai akhirnya anak saya sendiri menemukan jurusan Bisnis Digital di Univeritas Negeri Surabaya yang memberikan harapan besar, dengan fakta-fakta bahwa dari semua aspek yang ada, baik peminat dan daya tampung, nilai rata-rata rapor anak saya, jejak alumni, UNESA ini paling memungkinkan untuk membawa anak saya lolos diterima. Satu saja kendalanya, yaitu lokasinya menjadi jauh, karena berada di luar kota, di  luar provinsi, meskpipun masih dalam satu pulau, yaitu di kota Surabaya, provinsi Jawa Timur.
Saya melihat keteguhan hati anak saya, bahwa lokasi jauh tidak akan menjadi masalah buat dia, masih ada banyak teman yang lain yang memilih lokasi lebih jauh, ada yang di Malang, Palembang, sama –sama di Surabaya, dan mereka adalah anak-anak perempuan.
Akhirnya, bismillah, dengan mengucap do’a kepada yang di atas terlebih dahulu, bahwa jika pilihan daftar ke UNESA ini adalah pilihan terbaik, bukan hanya baik untuk saat ini saja, tapi baik untuk masa depannya anak kami, maka mudahkanlah jalannya, dan jadikan agar anak saya diterima, tetapi kalau sebaliknya, pilihan ini bukanlah pilihan yang tepat, baik untuk saat ini maupun untuk masa depannya kelak, kami akan siap menerima, dengan lapang dada, tapi mohon agar Allah membukakan pintu di tempat lain. Dengan segala kemudahan dan kelancarannya. Dan, klik tombol pilihan PTN itu saya pencet.
Dan menunggu adalah saat yang sangat terasa begitu lama, alhamdulilaah perjuangan kami tidak sia-sia, pengumuman diterima akhirnya kami dapatkan, tak terhingga rasa syukur kami kepada Allah SWT, kepada semua yang sudah memberikan do’a dan support, eyang, om, tante, para sepupu, pihak sekolah khususnya guru BK yang telah mengawal siswa-siswi terbaiknya untuk bisa diterima di PTN dan kampus impiannya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H