Mohon tunggu...
Neni SriWahyuni
Neni SriWahyuni Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa unpad

Saya seorang mahasiswa universitas padjajaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cagar Budaya, Alternatif Potensi Wisata di Pangandaran

29 Desember 2023   20:37 Diperbarui: 29 Desember 2023   20:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ketika saya di cagar alam, sempat berbincang dengan pengunjung yang sedang berkunjung ke cagar alam. Salah satunya adalah teh vita merupakan salah satu wisatawan yang tertarik mengunjungi kawasan cagar alam

"ingin mencari tahu ada apa saja didalam cagar alam itu dan bagaimana kondisi nya dan ternyata memang menyenangkan karena banyak hewan,"Ujar Vita ketika saya ajak berbincang.

Daya tarik wisatawan yang belum mengetahui isi cagar alam tentunya tertuju kepada flora dan fauna nya saja, tetapi yang sebenarnya banyak sekali peninggalan budaya yang menarik.

Wisatawan mengetahui lokasi cagar alam ini melalui internet dan juga dari beberapa teman nya yang merupakan warga asli Pangandaran

"Tau Cagar Alam dari teman warga asli sini dan dari internet juga," Ujar Vita.

Wisatawan tersebut juga mengatakan bahwa dirinya tertarik terhadap sejarah yang ada di cagar alam, dimana disitu banyak kawanan monyet dan rusa yang hidup bebas, selain itu terdapat pula goa-goa peninggalan sejarah yang menarik untuk ditelusuri.

Alasan memilih cagar alam menjadi destinasi wisata yang di kunjungi karena sudah bosan dengan pantai-pantai di Pangandaran lalu berpaling ingin melihat yang berbeda contohnya seperti Cagar Alam ini. Ketertarikan pengunjung juga dilandasi karna adanya menyukai sejarah-sejarah namun kurang tertarik ya hanya sekedar suka aja.

Bahwasannya di kawasan Cagar Alam merupakan suatu potensi wisata alam yang wajib di lestarikan, cagar alam bukan hanya meliputi flora dan fauna yang dilindungi, namun di balik itu semua ada banyak peninggalan patilasan zaman dahulu dari tahun 1950 hingga saat ini untuk dinikmati dan dibudidayakan turun temurun dari nenek moyang sebagai ajang pengetahuan juga bagi generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun