Mohon tunggu...
Neng Yayas Ismayati
Neng Yayas Ismayati Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menjejakkan sejarah

Seorang Ibu Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

22 September 2022   22:26 Diperbarui: 22 September 2022   22:28 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) adalah:

  1. Kesadaran diri
  2. Pengelolaan diri
  3. Kesadaran sosial
  4. Keterampilan berelasi
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Kita dapat melaksanakan implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan 4 cara sebagai berikut.

  1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit
  2. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
  3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
  4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Kesadaran penuh (mindfulness) merupakan  dasar untuk mengembangkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE). Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat-Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan bahwa  kesadaran yang muncul ketika seseorang sedang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat ini  dilandasi rasa keingintahuan  dan kebaikan. Secara saintifik, berlatih  mindfulness secara  konsisten akan memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran.

Koneksi Antarmateri

Keterkaitan Materi PSE dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Well Being mengaitkan pembelajaran berdiferensiasi dengan materi pembelajaran sosial emosional. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada saat anak belajar dengan hati mereka terbuka maka akan terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Proses belajar merupakan suatu  anugerah. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita dapat menciptakan suatu kondisi yang mengizinkan semua anak mampu mengakses anugerah tersebut. Ketika Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) anak atau murid berkembang, maka aspek akademik merekapun turut berkembang.

Hal tersebut tentu saja sejalan  dengan pembelajaran berdiferensiasi, yakni  serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Bagaimana cara seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang” murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga mampu memastikan setiap murid di kelasnya mengetahui bahwa  akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Dukungan yang dimaksud dapat saja  berupa kesiapan sosial emosional mereka sendiri untuk mengikuti pembelajaran, serta bagaimana seorang guru mampu menanggapi atau merespon kebutuhan belajar mereka.

Sebagai seorang guru atau pendidik, tentu saja kita mengetahui bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik apabila  tugas-tugas yang diberikan kepada mereka sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu apabila  tugas-tugas tersebut berhasil memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan apabila  tugas tersebut  memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Dengan demikian maka ketiga  komponen tersebut sudah memenuhi kebutuhan belajar murid.

Apabila  kebutuhan belajar murid terpenuhi dan kesiapan sosial-emosionalnya tidak diabaikan, maka well being (kesejahteraan psikologi) murid  akan tercipta di dalam kelas, antarguru, sesama murid, serta  lingkungan sekolah pada umumnya.

Well being merupakan suatu  kondisi pada saat individu telah memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Wellbeing yang optimal dapat terwujud dengan  ciri-ciri yang dapat terlihat sebagai berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun