Semenjak mengetahui suaminya memakai narkoba,wanita ini berjuang keras agar keluarganya tetap bertahan dan tak lagi dikecilkan keluarga besarnya. Mulai dari berusaha melepaskan sang suami dari jerat narkoba, hingga usahanya membangun kepercayaan diri suami setelah lepas dari narkoba dengan membangun usaha bersama yang telah dirintisnya sendiri sejak 5 tahun yang lalu.
MEMBAWA PULANG SUAMI
3 tahun yang lalu mungkin tahun terberat bagi Nurul M, 30 tahun asal sukabumi. dititik inilah akhirnya dia harus memutuskan membawa suaminya pulang ke sukabumi dan tak lagi bekerja di Jakarta. Jerat narkoba telah mengoyak keluarga mungilnya. harapannya hanya satu, jika di rumah akan mudah baginya mengawasi kegiatan suaminya. walau konsekuensinya adalah tak akan ada gaji mengalir ke kas keluarga, tak masalah, toh selama ini dia telah terbiasa dengan meneima separo gaji, karena selebihnya telah tertukar dengan bungkusan - bungkusan setan yang memabukkan suaminya.
Tinggal di rumah peninggalan orang tua, dengan beberapa petak sawah serta kolam ikan buatnya cukup untuk memberi kegiatan baru bagi sang suami, walau hanya sekedar memberi makan ikan, memisahkan anakan ikan dengan induknya, menggiring soang kembali ke kandang cukup membuat Nurul merasakan ketenangan batin yang luar biasa. makan tak makan asal ngumpul dan melihat semua berjalan baik - baik saja adalah sesuatu yang mahal dirasakannya dulu.
Tahun berjalan, dengan dukungan keluarga, usaha dan kerja keras, masa - masa rehabilitasi dan penyembuhan itu pun berhasil, sang suami mulai kembali seperti sebelum terkena narkoba, menjauhkannya dari kontak teman- temannya sesamai pemakai rasanya adalah cara yang cukup efektif. melihat semua kembali berjalan normal, Nurul berfikir untuk kembali bekerja, menekuni bisnis kredit pakaian yang dulu hanya ditekuninya menjelang lebaran.
DARI PAKAIAN HINGGA RODA TRAKTOR
Bisnis yang berurusan dengan "cicil mencicil" ini awalnya hanyalah bisnis kredit pakaian yang sistem pembayarannya harian, sistemnya sederhana saja yakni berapapun yang mereka setor perharinya Nurul terima hingga lunas. mulai dari pakaian anak - anak hingga baju muslim untuk ibu - ibu. namun pada perkembangannya, berbekal kepercayaan kini tipe barangnyapun mulai beragam, mulai dari pakaian dalam hingga roda traktor untuk membajak sawah. bahkan pernah ada yang antusias untuk mengajukan kredit rumah, tentu saja utnuk bagian itu Nurul menolaknya. secara dia sendiri masih tinggal d rumah orang tua," kalopun bisa kredit rumah sambil nyicil harian, mending buat sendiri" katanya smbil tertawa geli.
Lingkungan dan budaya konsumsi yang tengah melanda masyarakat menengah kebawah di daerah sekitar tempat tinggalnya memang menjadi peluang manis Nurul menjalankan bisnisnya, dia menggambarkan " orang disini pede saja tinggal di rumah kecil dan makan ikan asin setiap hari, yang penting ketika buka pintu di ruang tamu ada TV 29", punya lemari es, punya motor..yang penting mentereng lah. makanya dibela - belain kredit harian karena untuk membayar secara cash mereka tidak mampu" karena rata - rata profesi warga cicurug sekitar tempat tinggalnya adalah tukang ojek, petani, dan buruh pabrik.
Namun bukan berarti semua berjalan mulus tanpa sandungan, tidak jarang Nurul dibuat kesal karena ketika jadwalnya datang menagih si ibu malah ngumpet di rumah tetangga, atau kadang malah suaminya yang keluar ngomel - ngomel karena tidak punya uang untuk membayar. namun ada pula clientnya yang seorang pensiunan, yang royal sekali membayar setiap tagihannya, bahkan tak jarang si ibu pensiunan memberinya bonus makanan apa yang sedang dimasaknya hari itu. "pokonya kudu sabar...mendekati mereka tidak bisa pakai emosi, karena kalau emosi ,bisa kabur semua deh client kita..."
MERANGKUL SUAMI