menikmati semangkuk mie kocok bandung ditengah rintik- rintik hujan memang serasa nikmat, malam itu pilihannya jatuh di kios mie bandung di deket WS di daerah ketelan solo. pas baru dateng, parkiran depan kios lumayan penuh bejajar motor-motor pengunjung.
wah..selera makan malamnya lagi samaan nih rupanya, begitu masuk terlihat hanya tersisa beberapa tempat duduk saja. itu artinya tidak ada pilihan lain selain duduk di tempat yang ada.
setelah pesan mie pangsit-nya, saya pun menempatkan diri sambil menunggu jeruk anget pesanan di antarkan. di depan saya duduk beberapa orang yang sepertinya satu keluarga, ada bapak-bapak paruh baya, ibu-ibu, dan beebrapa anak kecil yang lumayan berisik sekali.
minuman jeruk anget saya akhirnya datang juga, lumayan mengisi bengong menunggu menu utama, sambil mata lirik kanan kiri mengamati orang -orang yang makan di kios yang tidak seberapa besar ini, meja tempat kami makan pun tidak seberapa lebar, mungkin hanya sekitar 50 cm saja lebarnya, jadi bisa dibayangkan seberapa dekat saya dengan orang- orang yang duduk di depan saya. tapi demi perut apapun deh...
mie pesanan pun datang, lengkap dengan pangsit yang jadi satu dengan semangkuk kuahnya. plung..plung... kecap dan sambel pun saya tambahkan..
sayang, mie nya agak besar-besar, jadi satu porsi saja rasanya sudah "mbelenger" sekali. suapan pertama masih terasa nikmat sekali, sedangkan satu keluarga di depan saya rupanya mulai bersiap- siap untuk meninggalkan tempat duduk mereka, hanya tinggal menunggu sang bapak yang masih asik nyeruput kuah terakhirnya.....
tiba- tiba... "haiiiigggrrrrrrrrrrrrrrrr.....haaiigggrrrrrrrrrrrrrr...ahhhhhhh"
hugg..mie di tenggorokan saya seperti mandeg tak mampu ditelan, bapak itu nampak puas sekali gelegekan di depan wajah saya... lalu beranjak dari bangkunya dengan tenang.
dan meninggalkan saya yang menahan mual gara-gara dia.
"Damn!! terimakasih atas sendawanya,Bapak.... ", batin saya dalam hati...
setelah hanya mampu diam memandangi semangkuk mie yg baru satu suapan meluncur di perut, saya putuskan membungkusnya saja untuk dibawa pulang, tadinya sih mau saya tinggalkan saja mie itu, namun melihat isinya yang nyaris utuh, saya jadi tidak enak hati dengan Abangnya yg jualan. mau dipaksain makan ditempat, rasanya saya sudah tidak sanggup...hufftt.......
orang boleh saja bilang saya berlebihan reaksinya soal sendawa, tapi tetap saja kalo harus bertoleransi sedekat itu saya tidak sanggup. saya tidak menyalahkan orang bersendawa, namun saya hanya berharap mereka mampu mengontrolnya dan melihat situasi disekitarnya. buat mereka mungkin biasa dan dianggap lumrah, namun bagi yang tidak biasa itu bisa jadi hal yang sangat menyiksa.
setelah kejadian itu..sudah 2 bulan lebih saya tidak datang kesana lagi....heheheh... jadi agak trauma nih..............
bagaimana dengan anda??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H