Melihatmu dalam tiap batiku
Rupanya kau sangat abadi
Bukan hanya sekali
Tapi tentangmu selalu terpahat
dalam tiap lembar dari penaku
Tidak mengenal berapa purnama
Bahkan tak perlu melihat dengan sosok nyata
Hanya perlu membuka memori lama
Maka hangatmu akan datang
Orang bilang
Aku sia-sia
Tapi bagiku itu tidak
Karena dirimu
Hariku yang kejam menjadi hangat
Malamku yang dingin menjadi tenang
Dan penantianku yang kosong
Menjadi bewarna
Orang bilang
Aku sia-sia
Tapi kutegaskan
Dirimu menempati tahta yang belum sirna
Jadi ku tutup telinga
Dari bising-bising yang mencerca
Tentangmu si pemilik angka empat belas
Yang entah bagaimana dirimu sekarang
entah aku bilang ini penantian
atau kesia-siaan
tapi sejak mengenalmu
hariku yang penuh temaram
tidak mendingin
netraku yang kosong
tidak penuh sendu
jadi mungkin aku bilang
ini penantian yang tak ada harapan
kosong, kosong dan kosong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H