Mohon tunggu...
Neng Siti Tasya Amelia
Neng Siti Tasya Amelia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Tidak ada bio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eco-enzym

13 Februari 2022   16:42 Diperbarui: 13 Februari 2022   16:47 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Eco-enzyme adalah cairan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan pembuatan eco-enzym hanya membutuhkan udara, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organik sayur mentah dan buah yang belum diolah.

Tahun 2003, seorang doktor dari Thailand menerima penghargaan dari FAO (lembaga PBB yang mengurus soal pangan--red) Regional Thailand untuk penemuannya yang bernama eco-enzyme. 

Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya ekoenzim. Penemuan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon Poompanvong, nama doktor itu, bagi lingkungan dengan membantu para petani di sana memperoleh hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkungan. 

Eco-enzyme memiliki manfaat yang berlipat ganda. Dengan memanfaatkan sampah organik sebagai bahan bakunya, kemudian dicampur dengan gula aren dan air, proses fermentasinya menghasilkan gas O3 dan hasil akhirnya adalah cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.

Sejak berhasil dalam penelitiannya, Dr. Rosukon dengan arif mempersembahkan penemuan ini bagi masyarakat luas, tanpa meminta royalti apa pun. Pengetahuan ini bersikap terbuka untuk siapa saja, demi kepentingan lingkungan. Masyarakat Malaysia, Australia, Taiwan, hingga Amerika Serikat telah membuat ekoenzim dari sampah dapur mereka sejak beberapa tahun lalu. Di Indonesia, tren ini baru dimulai beberapa tahun belakangan.

Suryadi Kurniawan, pertama kali mendengar tentang ekoenzim sewaktu mengikuti pelantikan komite di Taiwan bulan November 2009. "Teman satu kelompok saya dari Tzu Chi Malaysia cerita tentang enzyme ini," katanya bercerita. Ketertarikan membawa Suryadi mencari tahu lebih dalam, dan mencoba membuatnya sendiri di rumah. 

Hampir bersamaan dengan itu, Tzu Xin, relawan Tzu Chi Malaysia yang sudah lama tinggal di Jakarta, juga mulai mensosialisasikan hal yang sama pada relawan di komunitas Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tzu Xin menuturkan, sudah hampir 5 tahun ekoenzim dikenal di negara asalnya.

Cara membuat ekoenzim:

Bahan:

Air bersih

Gula jawa/gula aren

Sampah organik (kulit buah/sayur)

Botol/jeriken plastik (jangan gunakan bahan kaca)

Perbandingan air : gula : sampah organik = 10 : 1 : 3

Langkah-langkah:

  1. Masukkan air ke dalam botol yang mempunyai tutup yang rapat. Air tidak boleh mengisi penuh botol, harus tersisa ruang dalam botol untuk gas hasil fermentasi.
  2. Potong kecil gula, masukkan ke dalam botol, lalu kocok sebentar.
  3. Masukkan potongan sampah organik ke dalam botol, lalu tutup rapat-rapat.
  4. Diamkan selama 3 bulan agar proses fermentasi sempurna dan menghasilkan ekoenzim.

(Selama 1 bulan pertama, buka tutup botol setiap hari paling lama 5 detik, untuk membebaskan gas hasil fermentasi)

  1. Campurkan larutan ekoenzim yang sudah sempurna dengan takaran sesuai penggunaan. Ampasnya dapat dijadikan pupuk organik.

PROSES ECO-ENZYM

Jenis sampah organik yang diolah menjadi enzim ramah lingkungan hanya sisa sayur atau buah yang mentah.

Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat hanya di dalamnya, karena itu memastikan sampah sisa sayur dan buah terpisah dari sampah organik non-organik lain

Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama akan menghasilkan alkohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzim.

Pada bulan ketiga, EE kita sudah bisa dipanen. Caranya adalah dengan menyaring menggunakan kain yang sudah tidak terpakai atau baju juga bisa digunakan untuk saringan.

Sisa atau ampas Eco Enzym dapat kita gunakan untuk beberapa manfaat seperti:

  1. Sebagai starter (ease) atau untuk membantu membantu proses pembuatan Eco Enzym selanjutnya,
  2. Untuk membantu proses penguaraian di dalam septitank dengan terlebih dahulu terlebih dahulu memasukkan dan memasukkan ke dalam saluran toilet. 
  3. Sebagai kompos dengan cara meletakkannya selapis demi selapis di dalam tanah.

Fungsi Ekoenzim

  • Eco Enzyme dapat dijadikan sebagai cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian dan juga peternakan. Pada dasarnya, e c o e nz y me seru reaksi bio kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim dari "sampah" ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Cairan ini bisa menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisida yang efektif.
  • Produkeco-enzyme yang biasa digunakan sebagai desinfektan yang mampu membunuh bakteri dan jamur sehingga dapat digunakan sebagai pestisida
  • Selain itu juga dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga karena produk eco-enzyme yang dihasilkan mamberikan aroma asam yang semerbak.
  • Dari kelima produk eco-enzyme semuanya menghasilkan aroma asam. Aroma asam yang dihasilkan berasal dari asam asetat yang terdapat dalam cairan produk eco-enzym tersebut.

Hubungan Antara Ekoenzim Dengan Menumpuknya Sampah Di Indonesia

eco-enzyme merupakan suatu metode yang tepat dilakukan sebagai solusi dalam mengurangi penumpukan sampah rumah tangga dengan mengolah sampah menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan penghasilan dan bermanfaat bagi kesehatan lingkungan seperti biopori.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun