Mohon tunggu...
Neng Siti Tasya Amelia
Neng Siti Tasya Amelia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Tidak ada bio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memperjuangkan Agama dan Negara dalam Masa Penjajahan

21 November 2021   13:59 Diperbarui: 21 November 2021   14:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di salah satu kota di Pulau Jawa lahirlah seorang Kiyai hebat bernama Hasyim Asy'ari. Anak ke 3 dari 10 bersaudara. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1871. Memilki garis keturunan dari Sultan Pajang Jaka Tingkir.

Belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakek nya. Sejak usia 15 tahun beliau berkelana mencari ilmu dari pesantren satu ke pesantren yang lainnya.

"Nak, ilmu yang bapak dan kakekmu kasih itu belum seberapa jadi tuntutlah ilmu sampai menuju liang lahat. Artinya masih banyak ilmu yang harus kamu pelajari, kamu bisa dapatkan itu dari beberapa pesantren yang ada di beberapa kota ya nak."

"Iya pak, saya akan mempelajari ilmu agama lebih dalam. Doakan saya ya pak." Ucapnya meminta restu kepada sang ayah.

Hasyim Asy'ari pun mempelajari banyak ilmu dari pesantren yang ia datangi.

Pada tahun 1892, ia memutuskan untuk pergi ke Makkah dan menimba ilmu di sana. Di sana ia berguru pada banyak Syekh dan Sayyid. Beliau mempelajari ilmu hadis sehingga sekembalinya dari sana ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mahfudz.

Sepulangnya dari Makkah yaitu pada tahun 1899. Beliau mendirikan pesantren Tebu Ireng yang menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20 an.

Selain menjadi pendiri pesantren ia juga menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.

Dengan mendirikan pesantren ia juga berjuang melawan penjajah. Karena dengan keadaan tersebut, keyakinan beragama terombang-ambing. Dari situlah hasyim bertekad untuk memperkuat aqidah dan syariat Islam kepada masyarakat Indonesia.

"Bangsa tidak akan jaya jika warganya bodoh. Hanya dengan ilmu suatu bangsa menjadi baik." Ia berpesan.

Meskipun begitu ia tidak tinggal diam. Kegelisahannya terhadap Indonesia yang masih dalam kondisi terjajah membuatnya membuat perjanjian dengan para sahabat dari berbagai negara. Yang disebut dengan perjanjian Multazam. Pertemuan Multazam terjadi pada satu hari di bulan Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun