Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lima Tahun Berlalu, Akhirnya Bisa Juga Menjajal Naik LRT Velodrome

4 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 4 Maret 2024   17:07 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Boulevard Utara (dokumen pribadi)

Beberapa hari lalu, saya ada agenda kegiatan di Mall Kelapa Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kalau dari rumah saya yang di Citayam, Depok, Jawa Barat, jelas cukup jauh. Sejujurnya, saya paling malas kalau harus menghadiri kegiatan di sekitaran sini. Serasa dari ujung ke ujung.

Karena menyangkut pekerjaan, mau tidak mau saya harus menjalaninya. Apalagi saya sudah terlanjur menyatakan siap hadir. Agendanya sih sore, pukul 16.30 Wib. Jadi, masih ada waktu buat saya untuk mengumpulkan stamina dan mood. Terlebih tubuh juga sedang kurang fit.

Baiklah, jelang Ashar saya pun berangkat. Naik commuterline dari Stasiun Citayam, turun di Stasiun Transit Manggarai. Mengapa turun di Stasiun Manggarai karena rencana saya, mau naik light rail transit atau LRT Velodrome - Kelapa Gading. Haltenya terintegrasi dengan Halte TransJakarta Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur.

Terus terang, ini adalah kali pertama saya naik LRT. Kok bisa? Alasannya sih ya jauh saja dari Depok. Masa buat menjajal kereta ringan itu saya harus ke Rawamangun dulu? Ya nggak worth it-lah. Membayangkan jauhnya saja sudah bikin mager. Malas gerak!

Beberapa kali ada kegiatan di Mall Kelapa Gading, saya belum juga berkesempatan menjajal LRT yang sudah beroperasi sejak Februari 2019 itu. Ya, lebih karena terburu-buru, waktunya yang kurang pas, dan malas saja sih melintasi skybridge yang cukup panjang, menurut saya. Jadi, saya naik ojek deh.

Setelah menumpang shalat Ashar, saya pun keluar dari Stasiun Manggarai, lalu menuju Halte TransJakarta Manggarai. Haltenya juga terintegrasi dengan Stasiun Manggarai. Jaraknya lumayan juga dari pintu keluar stasiun. Mungkin sekitar 250 meter. Dengan tubuh yang belum fit, terasa berat juga jalan kaki sejauh itu. Padahal, saya terbiasa jalan kaki lho.

Dari Halte TransJakarta Manggarai, saya naik bus TransJakarta 4D dengan rute Pulogadung - Galunggung. Tarifnya Rp3.500 saja. Syukurlah, pas di flayover Pramuka ada penumpang yang bersiap turun. Jadilah saya duduk. Lega dong, ya kan lagi tidak kuat berdiri.

Saya turun di Halte Pemuda Rawamangun karena cuma halte ini yang terintegrasi dengan LRT Velodrome. Tapi jangan salah ya, meski namanya LRT Velodrome, jangan turun di halte Velodrome ya, meski sama-sama namanya Velodrome. Kalau dari Pramuka, Halte Velodrome dulu baru Halte Pemuda Rawamangun.

Menuju Stasiun LRT Velodrome (dokumen pribadi)
Menuju Stasiun LRT Velodrome (dokumen pribadi)

Nah, dari Halte Pemuda Rawamangun lanjut ke LRT Velodrome lewat jembatan penghubung atau skybridge. Jaraknya lumayan juga sih. Mungkin sekitar 150 meter. Hmmm... tadi 250 meter, sekarang 150 meter, dari peron 12 ke pintu keluar stasiun mungkin 200 meter. Sudah berapa ratus meter itu?

Sampailah saya di pintu masuk LRT Velodrome. Sebelum masuk saya tap in e-money seperti halnya saya tap in di halte Transjakarta. Ternyata sama. Itu juga setelah saya memperhatikan dua penumpang masuk di depan saya. Oh begitu. Maklum, baru pertama kali sih.

Kereta LRT sebenarnya sudah standby dan dua penumpang yang saya lihat tadi sudah masuk ke dalam kereta. Namun, saya tidak bergegas ikut segera naik khawatir saya salah naik. Ketika saya mau bertanya kepada petugas, kereta itu pun bersiap jalan.

"Mbak, kalau mau ke Mall Kelapa Gading, naiknya di sini?" tanya saya kepada Mbak petugas loket.

"Iya, betul Bu. Ditunggu aja ya, Bu," katanya ramah.

Saya pun menunggu. Saya perhatikan suasana stasiun cukup sepi. Tidak seperti stasiun-stasiun Commuter line yang selalu ramai. Ketika saya menunggu, petugas ramah-ramah dan sopan. Terlihat dari bahasa tubuhnya. Menyapa, tersenyum, dan menganggukkan kepala. Saya pikir waktu menunggu atau headway agak lama, ternyata sebentar. Tidak ada 10 menit, kereta pun tiba.

Ketika penumpang sudah keluar semua, saya lalu bersiap masuk, tapi dicegah oleh petugas. Langkah kaki saya pun tertahan. Lho kenapa tidak boleh masuk?

"Mohon maaf Bu, tunggu sebentar, kereta sedang dibersihkan. Tidak lama, sekitar 1 menit," jelas petugas pria dengan senyum ramah.

Saya perhatikan memang ada petugas kebersihan yang sedang membersihkan tempat duduk dan tiang-tiang penyangga, kaca jendela, mengepel lantai. Gerakannya cepat. Sat set sat set. Selesai, petugas lantas mempersilakan penumpang masuk. 

Ketika masuk, udara cukup dingin. Lantai bersih. Pokoknya nyaman. Cuma penumpangnya hanya beberapa. Saya perhatikan, ternyata hanya dua gerbong. 

Kereta pabrikan Korea Selatan itu didominasi warna putih. Aksen berwarna merah dan hitam terlihat menghiasi muka kereta. Namun, gerbongnya tidak sepanjang gerbong commuterline. Ini lebih pendek dari itu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Setiap gerbong kereta juga dilengkapi empat buah pintu geser berwarna merah. Ada 20 tempat duduk yang tersedia di setiap kereta. Artinya, satu rangkaian kereta berisi 40 tempat duduk. Kalau ditambah dengan penumpang berdiri mungkin bisa mangangkut lebih dari 100 penumpang.

Kereta layang ini pun bersiap berangkat. Saya perhatikan stasiun-stasiun yang dilewati kereta ini dari stiker yang tertempel di atas pintu kereta. Stasiun Velodrome, Stasiun Equastrian, Stasiun Pulomas, Stasiun Boulevard Selatan, Stasiun Boulevard Utara, dan terakhir Stasiun Pegangsaan Dua.

"Pak, kalau saya mau turun di Mall Kelapa Gading, turun di mana ya?" tanya saya kepada petugas.

"Ibu turun di Stasiun Boulevard Utara, setelah Boulevard Selatan," jawabnya.

"Terima kasih ya Pak," kata saya.

Sepanjang perjalanan suasana kereta cenderung sepi. Penumpang juga tidak banyak, masih bisa dihitung jari. Tempat duduk juga masih banyak yang kosong. Jadi, tidak ada pemandangan penumpang yang berdesak-desakan. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB. Jam pulang kerja, seharusnya sih ramai.

Beberapa stasiun terlewati, sampailah saya di Stasiun Boulevard Utara. Kalau saya hitung waktu tempuh tidak sampai 10 menit. Mungkin sekitar 7-8 menit. Petugas perempuan menyambut hangat penumpang yang turun dengan merapatkan dua tangan di dada.

Sebelum keluar, saya tap out e-money, tertera saldo terpotong Rp5000. Cukup terjangkau juga. Tapi ada lagi yang lebih irit yaitu dengan naik JakLingko, tarifnya gratis. Tapi, ya harus "berbaur" dengan kendaraan lainnya. Jadi, belum bisa bebas macet.

Akhirnya saya pun berkesempatan menjajal LRT Velodrome meski sudah telat, 5 tahun berselang. Satu kali pemilu itu hahaha... Naik moda transportasi baru ini benar-benar unik dari kendaraan umum lainnya di Ibu Kota Jakarta. Baru ngerasain aja gitu.

Saya pun ke luar belok kiri, jalan sebentar, turuni anak tangga, sampailah saya di Mall Kelapa Gading 1. Lokasinya sih di Mall Kelapa Gading 3 tapi masih satu area. Ya jalan kaki lagi deh saya. Mungkin di hari itu saya sudah 10 ribu langkah kaki. Hidup jalan kaki....! 

Stasiun Boulevard Utara (dokumen pribadi)
Stasiun Boulevard Utara (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun