Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menggali Potensi Rotan untuk Masa Depan Berkelanjutan

24 Februari 2024   22:32 Diperbarui: 24 Februari 2024   22:59 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kesempatan itu, VIVERE Group juga memamerkan instalasi Curatorial Statement dan IAI Center. Instalasi Curatorial Statement pada ARCH:ID 2024 adalah hasil karya DDAP Architect. Sedangkan instalasi IAI Center hasil rancangan dari Imron Yusuf dan Nadya Azalia yang berkolaborasi dengan karuun dan Carta Laminates.

"Tedung" adalah salah satu karya instalasi yang dipamerkan. Tedung dalam bahasa Bali berarti payung merupakan simbol peneduh umat.  Memiliki falsafah keseimbangan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia -- sesama manusia, dengan alam sekitar, dan dengan ke Tuhan, yang saling terkait.

Mengapa "payung" ini pantas dibuat karena juga menggambarkan toleransi, yang sejalan dengan tema ARCH:ID 2024 "placemaking dan toleransi".

Toleransi yang dimaksud dalam "payung" yaitu kita memiliki nasib yang sama ketika memakai payung. Saat hujan, misalnya, lalu kita memakai payung bersama partner berarti kita memiliki nasib yang sama untuk sama-sama berteduh dari hujan. Begitu juga ketika panas terik, kita memakai payung.

"Merasakan persamaan senasib itu bisa diibaratkan toleransi di Indonesia. Toleransi itu seakan payung kita di Indonesia  yang memiliki persamaan senasib. Toleransi di Indonesia bisa diartikan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi yang dikenal dengan tepo seliro itu," jelas Dirgantara I Ketut di sela pameran yang berakhir Minggu 25 Februari 2024 itu.

Namun, instalasi seberat 500 kg itu berbentuk payung terbalik. Mengapa terbalik, karena Indonesia beberapa kali menghadapi situasi yang dapat memunculkan situasi intoleran jika tidak ditangani dengan baik. Di antaranya, pandemi Covid-19, ujaran kebencian di media sosial, dan global warming. Syukurlah, Indonesia mampu menghadapi itu semua.
 
Karena itu, ia mengingatkan, tempat publik di berbagai wilayah Indonesia, selayaknya mulai dirancang sedemikian rupa. Jika tidak dirancang dengan baik, bisa menjadi sarana kriminal dan sikap intoleran. Bahwa tempat publik itu tidak harus seperti kebanyakan yang ada, tapi bisa dibuat sekreatif mungkin yang mampu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Dirgantara I Ketut (dokumen pribadi)
Dirgantara I Ketut (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun