Ada panggilan tidak terjawab dari kawan semasa kuliah saya, Anna Iskandar. Saya telepon balik. Ternyata dia mengajak untuk bertemu. Katanya, sudah lama tidak bersua. Memang, sudah bertahun-tahun kami tidak berjumpa.
Dia juga ingin mengajak teman yang lain, yang rumahnya dekat dengan akses stasiun kereta. Â Jadi, saya undang Asriati dan Faikoh untuk join. Kebetulan kami ini memang cukup dekat. Kalau Asri masih sering bertemu saat liputan bareng.
Mengobrollah kami. Disepakati kami bertemu pada Selasa 26 Desember 2023 dengan titik kumpul di rumah Asriati di Kompleks Astek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Nanti, saya dan Faikoh dijemput Anna di Stasiun Rawa Buntu, lalu lanjut ke rumah Asri.
Ini berarti, saya harus transit dua kali. Dari Stasiun Citayam saya transit di Stasiun Manggarai, lalu lanjut naik kereta ke Tanah Abang, transit di Tanah Abang, kemudian naik kereta yang tujuan Serpong. Lalu turun di Stasiun Rawa Buntu.
Sebenarnya bukan masalah transitnya yang bikin saya malas. Melainkan karena ada perubahan jalur di Stasiun Manggarai. Sebagaimana diketahui sejumlah jalur transit di Stasiun Manggarai mengalami perubahan sejak Switch Over (SO) ke-7 rampung.
Berdasarkan berita yang saya baca, SO-7 ini diterapkan untuk  memberikan rasa nyaman kepada penumpang di Stasiun Manggarai yang disesuaikan dengan lalu lintas kereta di Stasiun Manggarai. Perubahan ini mulai berlaku pada 20 Desember 2023.
Bersamaan pula jalur 1 dan jalur 2 yang sudah mulai dioperasikan. Dengan diaktifkannya jalur baru tersebut maka penomoran seluruh jalur transit di Stasiun Manggarai mengalami perubahan. Ya, sudah seminggu terakhir ini berarti.
Seingat saya, jalur 1 dan 2 itu dulunya ke arah Jakarta Kota dari Bekasi. Ketika Stasiun Manggarai dalam perbaikan, jalur 1 dan jalur 2 ditutup. Sekarang kedua jalur ini diaktifkan kembali karena rampungnya revitalisasi di dua jalur tersebut. Hanya relasinya saja yang berubah.
Sebagian besar jalur transit di Stasiun Manggarai mengalami perubahan:
- Penumpang untuk tujuan Tanah Abang, Duri, Angke, Kampung Bandan, Jatinegara, yang semula berada di jalur 6 dan 7 dialihkan ke jalur 1 dan jalur 2.Â
- Penumpang Commuter Line untuk tujuan Bekasi atau Cikarang yang semula dilayani pada peron jalur 8 dialihkan di jalur 3 dan jalur 4.Â
- Pengguna Commuter Line Bandara Soetta yang semula dilayani pada jalur 9 dialihkan menjadi jalur 7 dan jalur 8.
- Commuter Line tujuan Bogor, Depok, Nambo, Jakarta Kota yang tetap menggunakan peron yang sama, yaitu peron jalur 9, 10, 11, dan 12.
Informasi perubahan jalur kereta ini sudah sering diinformasikan oleh petugas lewat pengeras suara saat naik kereta. Semula saya membayangkan perubahan jalur ini akan semakin membuat ribet penumpang.Â
Selain itu, jarak perpindahan jalur juga "semakin jauh". Â Bagaimana tidak ribet. Untuk tujuan Tanah Abang, misalnya, semula di jalur 6 atau jalur 7 yang berada di bawah jalur 9, 10, 11, dan 12. Tinggal turun saja sudah sampai di jalur 6 dan jalur 7. Sekarang harus ke jalur 1 atau jalur 2. Itu berarti, penumpang harus berjalan kaki yang "cukup jauh".
Tapi, setelah dipikir-pikir untuk Serpong ya tidak ada alternatif lagi selain harus transit di Stasiun Manggarai. Ya sudah, mau bagaimana lagi? Naik kereta adalah pilihan yang paling tepat, efektif, efisien, dan ekonomis. Tanpa macet, aman, dan nyaman. Sekalian saya mau melihat lebih dekat perubahan yang terjadi.
Setibanya di Stasiun Manggarai, ternyata tidak seribet yang saya bayangkan. Dari peron 9 lalu turun ke lantai bawah, bisa lewat tangga, eskalator atau lift, Â lanjut ke jalur 1 atau jalur 2. Tangga menuju jalur 6 dan jalur 7 yang biasa dioperasikan untuk tujuan Tanah Abang, ditutup.
Menuju jalur 1 dan jalur 2 cukup mudah juga. Papan informasi dan stiker penunjuk untuk ke jalur ini terpasang di banyak titik sehingga sangat membantu penumpang. Ada juga petugas yang memberikan intruksi mengenai jalur-jalur.
Sebenarnya tanpa harus bertanya kepada petugas pun seperti penumpang bisa dengan mudah menuju jalur-jalur yang dituju. Termasuk ke jalur 1 dan jalur 2. Ikuti saja arahan papan dan stiker penunjuk arah yang sudah cukup jelas. Tidak akan salah jalan deh. Terlebih tulisannya juga sangat mudah dibaca.
Saya perhatikan, jarak ke jalur 1 dan jalur 2 tidak sejauh yang saya bayangkan sebelumnya. Tidak jauh-jauh amat. Anggap saja sekalian olahraga jalan kaki.
Untuk ke jalur ini, nyaman juga karena difasilitasi dengan eskalator, lift, dan tangga. Tidak juga harus menyeberang rel sebagaimana sebelumnya. Sekarang tidak lagi. Jadi, aman dan nyamanlah pokoknya.
Kalau saya perhatikan, SO ke-7 Stasiun Manggarai ini juga ditandai dengan dioperasikannya bangunan baru dan gedung sayap kiri pada sisi timur stasiun. Akses pintu keluar masuk dari sisi timur stasiun (yang dekat dengan jalur 1 dan jalur 2) dialihkan melalui bangunan ini. Akses ini juga terintegrasi dengan koridor menuju layanan transportasi umum lainnya.
Itu sebabnya, penumpang tidak lagi melintasi jalur kereta atau menyeberangi rel kereta untuk keluar masuk stasiun atau menuju peron seperti sebelumnya. Jadi keselamatan dan kenyamanan penumpang dapat terjaga.
Terus terang saya mengapresiasi adanya perubahan ini. Â Tidak menyangka saja bisa senyaman ini, dan luas juga. Maafkan jika sudah "berpikiran negatif".Â
Soal penumpang yang padat ya tidak bisa dihindari secara Stasiun Manggarai adalah stasiun transit, artinya banyak digunakan untuk transit sesuai tujuan. Terlebih di hari libur atau di jam masuk dan pulang kerja.
Sepenglihatan saya, tidak saya temukan kegaduhan atau kekacauan. Penumpang juga tidak banyak yang bertanya kepada petugas. Adem-adem saja. Sepertinya penumpang sudah beradaptasi dengan perubahan ini. Mungkin karena sudah seminggu perubahan jalur ini berjalan.
Sampailah saya di jalur 1 dan jalur 2 dengan kereta yang sudah standby. Saya bertemu dengan kawan saya, Faikoh di sini, yang memang sudah janjian. Wah dia tidak "tersesat" secara kawan saya ini hampir bisa dibilang sangat jarang naik kereta.
"Sampai juga. Bingung nggak?" tanya saya soalnya saya sempat khawatir dia bakalan kebingungan dan salah jalur.
"Kagak. Petunjuknya cukup jelas. Gue ikutin aja arah petunjuknya," jawab kawan saya.
Kami pun menaiki kereta yang menuju Tanah Abang. Setelah melewati Stasiun Sudirman, BNI City, Karet, kami turun di Stasiun Tanah Abang. Dari Stasiun Tanah Abang, kami naik yang ke Serpong di jalur 6.
Setelah melewati beberapa stasiun, kami pun sampai di Stasiun Rawa Buntu. Ketika tap out, saldo terpotong Rp7.000. Tarif yang sangat terjangkau. Tidak sampai Rp10.000. Hemat banget, kan?
Demikian pengalaman saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H