Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu Bukan Mother's Day, Begini Sejarahnya

23 Desember 2023   09:03 Diperbarui: 23 Desember 2023   09:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Peringatan Hari Ibu ke-95 (dokumen pribadi)

Hasil kongres salah satunya menyepakati membentuk suatu organisasi bernama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI) -- yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya organisasi Kowani.

Melalui PPPI, terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan bersama kaum laki-laki untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Selain itu, berjuang bersama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.

Pergerakan tidak hanya berhenti pada saat itu. Sejak 22 Desember 1928, kongres demi kongres diadakan guna membicarakan masalah pendidikan, sosial budaya, ekonomi, tenaga kerja dan politik.

Setahun kemudian, pada 1929, PPPI berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun yang sama PPII berganti nama menjadi Kongres Perempoean Indonesia. Pada 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta.

Kongres ini membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia. Fungsi utamanya bahwa Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

Pada 1938, Kongres Perempuan Indonesia III yang diselenggarakan di Bandung memutuskan tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Pada 1946, Kongres Perempuan Indonesia berubah nama menjadi Kongres Wanita Indonesia yang disingkat KOWANI, seperti yang dikenal selama ini.

Kemudian pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959, memutuskan dan menetapkan Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.

Melihat sejarah Kongres Perempuan Indonesia dan penetapannya, maka Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember sejatinya adalah hari peringatan pergerakan perempuan Indonesia.

"Kowani adalah wadah perjuangan kita untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Kita harus memberikan kontribusi baik tenaga, pikiran maupun materi,"  kata Giwo saat menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Ibu ke-95 di Rumah Perjuangan Kowani, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat 22 Desember 2023.

Pada kesempatan tersebut, Giwo kembali memperingatkan Hari Ibu tidak sama dengan mother's day seperti yang diperingati oleh perempuan-perempuan di negara barat. Hari Ibu di Indonesia sejatinya adalah apresiasi terhadap perjuangan perempuan Indonesia dari tahun ke tahun.

Ketum Kowani Giwo Rubianto (kebaya putih)/Dokumen pribadi
Ketum Kowani Giwo Rubianto (kebaya putih)/Dokumen pribadi
"Peringatan Hari Ibu lebih dari sekedar mother's day. Ini adalah momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan untuk Indonesia maju. Peringatan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun