Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu Bukan Mother's Day, Begini Sejarahnya

23 Desember 2023   09:03 Diperbarui: 23 Desember 2023   09:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum Kowani Giwo Rubianto (kebaya putih)/Dokumen pribadi

Setiap tanggal 22 Desember, Indonesia memeringati Hari Ibu. Tahun ini, peringatan Hari Ibu yang ke-95 dengan tema besar "Perempuan Berdaya, Anak Terlindungi Indonesia Maju". Sayangnya, meski setiap tahun Indonesia "merayakan" Hari Ibu, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami hakikat peringatan Hari Ibu.

Terlihat dari masih banyaknya masyarakat mengucapkan "Selamat Hari Ibu" yang tidak jarang disertai dengan setangkai bunga. Bertahun-tahun masih seperti itu. Padahal, sejatinya tidak demikian.

"Tadi pagi, anak saya memberikan saya buket bunga dan mengucapkan selamat Hari Ibu. Aduh, padahal peringatan Hari Ibu itu maksudnya bukan seperti ini," kata Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, ketika memberikan amanat upacara Peringatan Hari Ibu, Jumat 22 Desember 2023.

Dikatakan, Peringatan Hari Ibu sejatinya adalah hari lahirnya Kongres Wanita Indonesia (Kowani), organisasi federasi yang membawahi 103 organisasi perempuan. Organisasi terbesar dan terlama di Indonesia.
Hari lahirnya Kowani adalah Hari Ibu. Tonggak semangat perjuangan perempuan Indonesia ditandai di tahun 1928.

Dalam momentum Hari Ibu, Giwo mengajak semua kaum perempuan untuk meningkatkan perannya sebagai Ibu Bangsa untuk mengawal generasi penerus masa depan dalam mengisi kemerdekaan. Ia juga mengajak meningkatkan kiprah peran kaum perempuan dalam segala bidang serta aspek kehidupan dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Giwo mengatakan peringatan Hari Ibu menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan perjalanan perjuangan perempuan dari waktu ke waktu. Terutama sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda. 

Gaung Sumpah Pemuda dan lagu Indonesia Raya yang membahana dalam Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri.

Pada saat itu, sebagian besar perkumpulan masih menjadi bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa. Para perempuan Indonesia ingin juga bergerak melawan penjajah sebagaimana kaum pemuda. Tidak hanya mengorbankan tenaga, pikiran dan materi, tetapi juga mengorbankan nyawa.

Para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan ini lalu menggelar Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Ada tujuh organisasi perempuan yang terlibat dalam kongres ini. Yaitu Wanito Utomo, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond, Wanita Taman Siswa, Jong Java Meisjeskring, dan Wanito Katholik.

Upacara Peringatan Hari Ibu ke-95 (dokumen pribadi)
Upacara Peringatan Hari Ibu ke-95 (dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun