Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari PIT Perdosri 2023, Berikut 10 Langkah Kesiapan Anak Penyandang Disabilitas Sekolah

7 Oktober 2023   11:07 Diperbarui: 7 Oktober 2023   11:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) XXII 2023 yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia, disingkat PERDOSRI, di Grand Mercure, Malang, Jawa Timur, masih berlangsung.

Tema yang diangkat dalam PIT 2023 yaitu "Rising to the Challenge: Innovations and Strategies for Rehabilitation in a  Post-Pandemic World" atau "Bagaimana Perdosri menghadapi tantangan dalam berinovasi dan menerapkan strategi untuk keamanan pasien di dunia paska pandemi"

Para peserta yang sebagian besar Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi atau Sp.K.F.R, begitu antusias mengikuti berbagai kegiatan ilmiah. Kegiatan yang tentu saja akan memperluas kompetensi yang dimilikinya.

Sebut saja pada hari ketiga, Jumat 6 Oktober 2023, ada materi diskusi multi disiplin ilmu yang sangat menarik untuk diikuti. Kegiatan diskusi ini diminati para Sp.K.F.R, para terapis -- Fisioterapis, Okupasi Terapis, Terapis Wicara, dan Orthotis Prosthetis, serta Psikolog. Materi diskusi ini memang saling berkaitan dengan lintas disiplin ilmu.

Topik yang diangkat dalam diskusi ini yaitu mengenai "Ask the Specialist of Rehabilitation & Team: All about Down Syndrome". Diskusi dimoderatori oleh DR. Dr. Ratna Soebadi, Sp.K.F.R, Ped. (K).

Dalam diskusi ini membahas bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan seorang anak disabilitas untuk sekolah. Salah satunya adalah faktor intelektual dari anak tersebut. 

Faktor ini menentukan anak tersebut dapat sekolah di sekolah khusus (SLB) ataukah di sekolah inklusi. Sekolah inklusi yaitu sekolah dengan sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan siswa berkebutuhan khusus dilayani sesuai kemampuannya.

Namun, yang juga harus diperhatikan adalah kemampuan dari sekolah tersebut dalam menangani seorang anak. Asesmen kesiapan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dan penyandang disabilitas ini menjadi langkah penting dalam memastikan bahwa lingkungan sekolah mampu memberikan dukungan yang sesuai dan inklusif bagi semua siswa.

Dokumentasi PERDOSRI
Dokumentasi PERDOSRI

Dalam diskusi itu disampaikan beberapa langkah yang dapat diambil dalam melakukan asesmen kesiapan anak sekolah:

1. Evaluasi infrastruktur fisik
Pastikan bahwa bangunan sekolah, kelas, dan fasilitas lainnya dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak dengan berbagai jenis disabilitas, termasuk yang menggunakan kursi roda. Pastikan pula terdapat fasilitas toilet yang dapat diakses dengan baik oleh anak-anak dengan disabilitas.

2. Fasilitas pendukung
Pastikan ada fasilitas seperti rampa, lift, atau tangga berpegangan untuk memfasilitasi akses anak-anak dengan mobilitas terbatas. Tidak lupa sediakan pula peralatan dan teknologi pendukung, seperti alat bantu pendengaran atau perangkat lunak khusus, untuk siswa yang membutuhkannya.

3. Pelatihan untuk tenaga pendidik
Ada baiknya menyelenggarakan pelatihan bagi guru dan staf sekolah tentang pendekatan inklusif, strategi pengajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus, dan cara berinteraksi dengan anak-anak dengan disabilitas. Dengan demikian, tenaga pendidik dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

4. Penyesuaian kurikulum
Tinjau dan modifikasi kurikulum sekolah agar dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tingkat perkembangan anak-anak dengan disabilitas. Pastikan juga tersedia bahan ajar yang sesuai untuk anak-anak dengan berbagai jenis disabilitas.

5. Pengembangan rencana individual
Kolaborasi dengan tim pendukung, termasuk orang tua, terapis, dan ahli lainnya, untuk mengembangkan Rencana Pendidikan Individual (RPI) atau rencana pendukung serupa untuk siswa dengan disabilitas.

6. Sistem dukungan psikososial
Pastikan juga sekolah menyediakan layanan konseling dan dukungan emosional bagi siswa dengan disabilitas yang mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam hal perkembangan sosial dan emosional.

7. Komunikasi dan kolaborasi
Pihak sekolah harus memfasilitasi komunikasi terbuka antara sekolah, orang tua, dan staf medis atau terapis yang bekerja dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Tujuannya, agar orang tua dapat mengetahui lebih jauh perkembangan anaknya.

8. Evaluasi terus menerus
Lakukan evaluasi berkala terhadap program inklusi dan fasilitas sekolah untuk memastikan bahwa mereka terus memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas. Tentu saja agar tujuan pembelajaran tercapai maksimal.

9. Keterlibatan orang tua
Peran orang tua dalam proses pendidikan anak-anak dengan disabilitas sangat penting. Salah satunya dengan mendengarkan masukan orang tua  tentang bagaimana sekolah dapat lebih baik mendukung anak-anak mereka.

10. Promosi kesadaran inklusi
Tidak lupa pula untuk menyelenggarakan kegiatan atau program yang tujuannya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang inklusi bagi seluruh komunitas sekolah.

Dalam diskusi itu ditegaskan bahwa asesmen kesiapan sekolah harus menjadi langkah awal dalam perjalanan menuju pendidikan inklusif yang efektif.  Asesmen ini untuk memastikan bahwa lingkungan sekolah dapat memberikan pendidikan yang relevan dan berkualitas bagi semua siswa, tanpa memandang jenis disabilitas yang mereka miliki.

Disabilitas atau gangguan fungsi yang menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dapat terjadi pada anak dalam aspek perkembangannya. Kondisi ini dimulai selama periode perkembangan anak dan dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari dan biasanya berlangsung sepanjang hidup anak.

Dalam penanganan masalah disabilitas, dokter akan melakukan asesmen apakah ada gangguan fungsi komunikasi atau gangguan fungsional aktivitas sehari-hari. Setelah diasesmen, dokter akan menentukan intervensi apa yang dapat diberikan kepada pasien. Di antaranya bisa bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.

Dokumentasi PERDOSRI
Dokumentasi PERDOSRI

Etik dan Keselamatan Pasien

Pada hari ketiga juga terdapat Plenary Lecture keempat yang dibawakan oleh Prof. Reynaldo R. Rey-Matias MD, FPARM, MSHMS dari Filipina. Ia membawakan makalah berjudul "The Future, Challenges, and Opportunities for Asia-Oceanian PMR -- Where are we?"

Setelah itu dilanjutkan paparan mengenai "Etik dan Keselamatan Pasien" oleh Dr. Rumaisah Hasan, Sp.K.F.R., N.M. (K) AIFO-K, yang juga Ketua Umum PP PERDOSRI. Dalam pemaparannya, dr. Rumaisah menyampaikan ada tiga upaya untuk meningkatkan etika dan keselamatan pasien.

Pertama, penyuluhan dan pelatihan kepada petugas agar pemahaman tentang etika dan keselamatan pasien semakin meningkat. Kedua, pengembangan kebijakan yaitu dengan menetapkan kebijakan secara komprehensif di lingkungan pelayanan kesehatan. Ketiga, pelaporan dan evaluasi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang ditemukan.

Adapun standar keamanan asien meliputi pencegahan infeksi dengan menerapkan prosedur kebersihan yang ketat, identifikasi yang benar dengan memastikan yang benar identitas pasien , dan keselamatan obat meliputi dosis yang bemar dan memberikan penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi.  

Ada juga satelite symposium yang juga menarik untuk diikuti. Terdiri dari rehabilitasi di bidang pediatri, geriatri, muskuloskeletal, neuromuskular, olahraga, sosial, kardiorespirasi, dan nyeri.

Topik yang dipilih pada simposium ini pun tidak kalah menarik. Di bidang pediatri tentang terapi spastisitas pada cerebral palsy, di bidang geriatri tentang terapi rehabilitasi pada geriatri secara komprehensif, di bidang muskuloskeletal tentang nyeri punggung bawah.

Sedangkan di bidang neuromuskular tentang cedera sumsum tulang belakang akibat tuberculosis tulang belakang, di bidang olahraga tentang nyeri tulang belakang pada cedera olahraga, di bidang sosial tentang Kesehatan Jamaah Haji, Wisata Medis, Klub Latihan & Paralimpic,

Adapun di bidang kardiorespirasi tantang Multidisiplin Untuk Meningkatkan Hasil Operasi setelah Bedah Toraks dan Perut Bagian Atas, di bidang nyeri tantang sumber nyeri

Pada malam hari sebelumnya (5 Oktober 2023), diadakan kegiatan Resident Night sebagai ajang silaturahmi antar dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari berbagai universitas se-Indonesia.

Kegiatan tersebut berupa pertunjukan "IKFR Got Talent" di Javanine Resto dan pertandingan futsal di Unggul Sport Center dari setiap universitas. Pemenang IKFR Got Talent yaitu Juara 1 diraih oleh Universitas Hasanudin, Juara 2 dimenangkan oleh Universitas Indonesia, dan Juara 3 diraih oleh Universitas Samratulangi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun