Anak stunting terlihat juga lebih mudah lelah dan tidak selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar obesitas dan sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.
Stunting juga membuat sistem kekebalan tubuh anak terbilang lebih rentan. Anak mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan bakteri atau virus. Mengingat daya tahan tubuh anak stunting rendah, maka proses penyembuhannya menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
"Kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya akan terus terasa hingga dewasa," tandasnya.
Anak stunting meningkatkan risiko menjadi diabetesi saat dewasa. Penyebabnya, kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan mengganggu sistem hormonal insulin dan glukagon pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa.Â
Akibatnya keseimbangan gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah pula membentuk jaringan lemak saat anak mencapai usia dewasa.
Selain itu, anak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan fungsi sel tubuh dan lainnya tidak sempurna.
Stunting juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan menerapkan gaya hidup sehat. Orang tua disarankan pula melakukan pemeriksaan anak ke dokter secara berkala.Â
Mari cegah stunting pada anak sejak dini demi kebaikannya di masa depan. Kunci utamanya, peran orang tua untuk memberikan nutrisi terbaik kepada anak agar dapat tumbuh sesuai potensi maksimal anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H