"Gue takut, gue sampai tidur di kursi luar," Â katanya sedih.
"Wah ini sih memang harus dirawat di rumah sakit khusus kejiwaan, biar tuntas penanganannya. Perlu gue temani?" tanya saya.
"Loe nggak kerja?" tanyanya.
"Belum ada agenda sih hari ini. Jam berapa gue harus ke RS?" kata saya.
Pukul 09.00 WIB ketika sampai, saya dapati anak kawan saya ini tangan dan kakinya masih terikat di ranjang. Lalu saya baca surat rujukan yang ditandatangani psikiater. Tertulis di situ "halusinasi, gaduh gelisah".
Setelah perawat membujuknya, menyisirnya, memakaikannya baju, memberinya obat untuk diminum, kami pun keluar dari RS melalui pintu IGD untuk jaga-jaga jangan sampai memunculkan kegaduhan jika melalui ruang tunggu lobby RS.
Di ruang IGD
Kami lantas menuju RSJ Marzoeki Mahdi dengan menggunakan taksi online. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak mengobrol, khawatir akan membuat emosi anak kawan saya tidak stabil. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, sampailah kami di IGD.
Kami diterima dengan ramah oleh petugas sekuriti, perawat, dan dokter. Ketika kami masuk kami dapati seorang pasien pria yang tengah terbaring diperiksa tekanan darah dan suhu.
Dua petugas keamanan mendampingi si pasien. Sepintas tidak ada bedanya dengan pemeriksaan penyakit nonkejiwaan ketika berada di IGD. Cuma bedanya saya tidak mendapati keluhan seperti demam tinggi atau kondisi lain yang harus segera ditangani di IGD.