Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cuaca Ekstrem, Ekspedisi Keliling Sulawesi Batal

30 Desember 2022   20:33 Diperbarui: 31 Desember 2022   06:07 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com


Tadinya, saya berserta suami dan anak-anak berencana liburan akhir tahun 2022 mengelilingi pulau Sulawesi. Mengulang ekspedisi "Tour de Java" 2 tahun lalu yang mengeliling pulau Jawa selama dua pekan. 

Pasti seru dan mengasyikkan. Seseru liburan akhir tahun lalu yang mengelilingi Geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, setelah menghabiskan malam pergantian tahun baru di Hopeland Camp, di Cijeruk, Cipelang, Bogor, Jawa Barat.

Rencana ini saya sambut dengan penuh suka cita mengingat sudah lama juga saya tidak menjejakkan kaki di pulau Sulawesi. Terakhir itu, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Itu pun cuma sebentar dan hanya di Kota Makassar saja.

Saya ingin menyambangi tempat kelahiran saya, di Polewali, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Selatan (sekarang Sulawesi Barat). Itu sebabnya, nama belakang saya Polmasari. Singkatan dari Polewali Mamasa Republik Indonesia. Hahaha... Seorang nasionalis kan saya?

Suami juga ingin menyinggahi Bugis, tempat kelahiran orang tuanya dan kakak-kakaknya. Suami saya meski lahir di Surui, Papua, tapi darah Bugis mengalir di tubuhnya. Dan, kalau berbicara dengan saudara-saudaranya ya pakai bahasa Bugis.

Jadi, dengan mengelilingi Sulawesi, saya dan suami ingin mengajak anak-anak mengenal kampung halaman orang tuanya. Dari lahir sampai sekarang, hingga anak-anak beranjak remaja, mereka belum pernah sekalipun menjejakkan kaki di pulau Sulawesi.

"Kita mau mulai dari mana? Sulawesi Selatan atau Sulawesi Utara?" tanya suami.

"Mana aja, yang penting judulnya mengelilingi Sulawesi," kata saya.

Kalau mulainya dari Sulawesi Utara, boleh juga sih. Saya ingin menemui kawan pena saya yang pernah terjalin ketika saya SMA. Dia pernah mengunjungi saya ke rumah. Nah, saya ingin mengunjungi balik ke rumahnya di Bunaken.

Suami pun menyusun rencana. Karena kami membawa kendaraan untuk keliling Sulawesi, maka suami memutuskan akan menyeberang dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur. Tidak dari Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara.

Kata suami, lama perjalanan dari Tanjung Perak dan Tanjung Priuk hanya beda satu hari sih. Lebih lama 1 hari dari Tanjung Priuk. Itu sebabnya, suami memilih menyeberang dari Tanjung Perak saja. Padahal, kalau menurut saya sih, ya sama saja. Kan perjalanan dari Depok ke Surabaya juga lama.

Suami bilang ada banyak kapal yang tujuan Sulawesi. Saya senang akhirnya bisa juga naik kapal laut. Terakhir itu, ya waktu pindah dari Sulawesi ke Jakarta. Saya masih anak-anak. Tapi memori naik kapal laut masih terekam dalam ingatan saya. Saya sudah berniat akan menulis perjalanan ini.

"Nanti, Bunda dan anak-anak tidur di kamar aja. Daddy di mobil sekalian jaga mobil," kata suami ketika itu.

Mobil yang dimaksud jenis Isuzu Bighorn 4x4 kebanggaannya. Mobil yang selalu dipakai saat pergi liburan karena kabinnya yang cukup luas dan tangguh terhadap berbagai kontur jalan dan segala kondisi. Kabin yang dimodifikasi menjadi ruang tidur sehingga anak-anak leluasa jika ingin beristirahat.

Tapi rencana ini akhirnya batal karena faktor cuaca yang cukup ekstrem. Hujan yang cukup deras yang disertai angin kencang, ombak yang juga tidak bersahabat. Membuat kami harus berpikir ulang.

Membaca berita-berita mengenai cuaca ekstrem akhir-akhir ini menyurutkan nyali kami. Kalau jalannya sendiri mungkin lain cerita, tapi ini kan bawa anak-anak. Jadi, keselamatan anak-anak yang lebih diutamakan.

Suami memantau kondisi pelabuhan melalui berita-berita. Terlebih Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan masyarakat untuk berhati-hati potensi cuaca buruk yang mengakibatkan gelombang tinggi. BMKG meminta untuk tidak memaksakan diri berlayar.

Ratusan kapal akhirnya tidak berlayar dan hanya bersandar di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Kapal-kapal ini terjebak di gelombang tinggi. Para nakhoda merespon informasi yang dikeluarkan BMKG dengan memilih tetap berlabuh di pelabuhan dan berlindung di pulau-pulau yang dirasa cukup aman.

Ya...penonton pun eh kami kecewa. Buyar deh rencana yang sudah disusun. Tidak jadi deh rencana menyelam, ke pantai, ke air terjun, ke gunung. Mau ke sini, mau ke sana. Mau menginap di sini, menginap di sana. Buyar!

Tidak jadi juga mau buka tenda di sini, buka tenda di sana. Maklum, suami kan anggota Mapala UI alias Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia. Jadi, kalau liburan lebih senang di alam terbuka.

Meski tidak jadi ke Sulawesi, kami tetap berencana berlibur akhir tahun. Suami mencoba mencari informasi lokasi yang belum pernah kami kunjungi, terutama anak-anak. Akhirnya, disepakati ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Suami sudah mendapat nomor kontak tour guide lokal dari kawan sesama Mapala UI. Disepakati ambil paket lengkap dengan 5 - 6 orang (anak pertama saya rencananya akan mengajak kawan dekatnya).

"Mau menyeberang dari Muara Angke atau Ancol?" tanya guide lokal melalui sambungan telepon yang terdengar oleh saya, lalu dijawab suami, Muara Angke.

Setelah dihitung berapa biaya yang harus dibayarkan (per orang dikenakan charge Rp700.000), disepakati untuk membayar DP keesokan harinya agar tour guidenya bisa segera memesankan penginapan. 

Fasilitas lain yang didapatkan, snorkling, alat-alat snorkling, naik boat PP, jejalah pulau Air Gusung Petrik, wellcome drink, barbeque, bersepeda, makan, dan view laut. Wah, asyik nih pastinya.

Eh, akhirnya tidak jadi juga setelah membaca berita mengenai kondisi di Kepulauan Seribu. Teman-teman di group juga menyarankan untuk menunda karena ada imbauan agar tidak bepergian ke Kepulauan Seribu.

Beberapa link berita pun disertakan untuk memperkuat imbauannya itu. Beberapa video juga dibagikan untuk melihat kondisi rob di Muara Angke dan kondisi penumpang yang terombang ambing karena kapal yang dinaikinya terhempas oleh ombak yang tinggi.

Dalam link berita yang dibagikan di group, BMKG memprediksi seluruh wilayah Indonesia akan diguyur hujan lebat hingga sangat lebat selama periode libur Natal dan tahun baru 2023. Karena itu, lembaga yang dikepalai Dwikorita, itu meminta masyarakat mewaspadai bencana, seperti banjir dan longsor.

"BMKG memprakirakan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat selama periode Natal dan Tahun Baru 2023," tulis BMKG lewat akun Twitter resmi @InfoHumasBMKG, Selasa 27 Desember 2022.

Potensi hujan lebat hingga sangat lebat juga bakal terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat,Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Selain itu, BMKG memprediksi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga dapat terjadi di Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Peningkatan curah hujan ini dipicu dinamika atmosfer.

BMKG meminta masyarakat selalu memantau prakiraan cuaca dari BMKG adanya potensi cuaca ekstrem. Waspadai pula risiko terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi.

Di wilayah tempat tinggal saya sendiri di Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat, tiada hari tanpa hujan. Bahkan hujan 2 hari tidak berhenti-henti yang disertai angin kencang dan petir.

Akhirnya, kami memutuskan untuk membatalkan rencana liburan di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Daripada nanti kenapa-kenapa, kan lebih baik cari aman.

Anak pertama saya akhirnya memutuskan untuk tahun baruan di rumah saja bersama beberapa kawannya dan menginap di rumah. Rencananya, mereka akan bakar-bakar pakai alat pemanggang yang kebetulan beberapa hari lalu dikirim oleh relasi saya.

Karena teman-temannya banyak dan menginap, jadi kemungkinan saya, suami, dan 2 anak saya "mengungsi", entah ke mana. Belum tahu. Bisa di hotel, di rumah saudara, atau ngecamp di alam terbuka. Bisa juga keliling-keliling Depok atau Serpong melihat suasana pergantian tahun baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun