Pencegahan utamanya adalah vaksinasi sesuai jadwal imunisasi anak yang dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Vaksin polio oral (OPV) diberikan segera sesudah lahir. Â Prognosis kematian terjadi pada 5 -- 10% tipe spinal dan 25-35% tipe bulbar.
"Anak dengan kelemahan flaksid akut, terutama bila asimetris, patut dicurigai mengalami polio," jelasnya seraya menambahkan setelah pasien melewati fase akut maka mulai dilakukan rehabilitasi medis.
Dr. Fatchur Rochman, Sp.KFR, M.S.(K) dari Departemen Rehabilitasi Medis FKUnair-RSUP dr. Soetomo, Surabaya, memaparkan tatalaksana selama fase akut adalah istirahat, isolasi penderita, terapi simtomatik dan program rehabilitasi medis seawal mungkin.
Pada kasus-kasus tertentu bila tindakan non operatif tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operatif.
Program rehabilitasi medik terbagi dalam 4 fase: stadium akut (sampai 2 minggu), subakut (2 minggu -- 2 bulan), konvalesen (2 bulan -- 2 tahun), dan kronis (setelah 2 tahun).
Â
Pada Stadium akut dapat terjadi spasme dan nyeri otot, maka tujuan program rehabitasi medis di fase ini adalah mencegah kerusakan metaneuron total dan permanen serta mencegah kelelahan dan kontraktur otot.
Programnya adalah isitiraha total (total bed rest) disertai proper positioning. Selain itu, diberikan pengobatan simptomatik antipiretika, analgetika dan relaksan otot.
"Bila terdeteksi adanya kelemahan otot pernafasan maka posisikan penderita dengan kepala direndahkan, bila perlu dipasang respirator. Bila ada kelemahan pharynx pasien dapat diposisikan miring. Hindari trauma, pemeriksaan yang lama, EMG, pijat dan stimulasi listrik," jelasnya.
Pada stadium polio sub-akut, masih ada spasme , pasien masih istirahat dan proper positioning, cegah kelelahan dan pemberian obat-obatan simtomatik.
Selain itu, mulai dilakukan latihan lingkup gerak sendi pasif (digerakkan oleh orang lain) dan pemberian splint/alat bantu). Kehati-hatian dalam pemberian latihan adalah jangan sampai menimbulkan nyeri.
Stadium konvalesen kekuatan otot mulai pulih, dalam 1 tahun pertama ini diharapkan terjadi pemulihan fungsi otot (50-70%). Tujuan latihan adalah mempertahankan lingkup gerak sendi yang normal, mempertahankan kekuatan otot yang normal, menguatkan otot yan glemah atau atrofi, penguatan otot yang digunakan untuk substitusi/mengambil alih fungsi otot yang lumpuh permanen.