"Assalamu'alaikum... Putik. Assalamu'alaikum... Putik," terdengar salam dari luar pada Minggu 27 November 2022 di hari menjelang sore.
Saat itu, saya dan anak-anak tengah bersiap ke luar rumah. Tinggal menunggu anak pertama saja yang agak lelet. Kebetulan si bocil minta ke Mr. DIY di Depok Mall. Habis itu, baru makan di luar.
Setelah membalas salam dan diintip oleh Kakak Najmu, anak kedua saya, ternyata teman sekelas Kakak Putik saat SMP. Perempuan.
"Kak...ada temannya," panggil Kakak Najmu.
"Suruh naik ke atas aja," kata Kakak Putik.
"Masuk Nak, langsung ke kamarnya aja," kata saya mempersilakan. Saya lupa-lupa ingat apakah dia pernah main ke rumah? Soalnya seingat saya, temannya Putik ya itu-itu saja. Berempat, berlima, berenam.
Seingat saya, sepertinya belum pernah berjumpa dengannya. Tapi mungkin juga saya salah. Soalnya kalau di rumah, saya jarang banget pakai kacamata. Jadi, bisa saja raut wajahnya samar terlihat alias buram. Atau, bisa jadi saat dia ke rumah, saya sedang di luar.
Naiklah anak remaja itu ke lantai atas. Tidak lama kemudian ia turun, lalu pamit.
"Lha kok cepet amat pulang, baru juga datang," kata saya terheran. Padahal saya sekalian akan mengajaknya makan di luar bareng suami dan anak-anak.
"Iya Bunda, ke sini mah cuma alasan aja biar bisa ke luar rumah. Kalo bukan ke rumah Putik, nggak akan diizinin sama orang tua," katanya memberikan alasan.
"Terus sekarang mau ke mana?" tanya saya.
"Mau main bunda," jawabnya.