Seperti warga lainnya yang terdampak, warga di perumahan ini belum berani tinggal di dalam rumah. Sebagian tidur di mobil, sebagian di garasi mobil dengan beralaskan karpet atau tikar. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Entah itu gempa susulan atau gempa baru.
"Semua rumah terkena dampak. Rumah yang paling ujung ini yang parah. Lantai duanya sampai rubuh," kata Aji, warga setempat seraya menunjuk rumah yang dimaksud.
Rumah Aji sendiri cukup parah. Plafon ruang tamu berhamburan ke bawah. Dinding rumah retak-retak. Untuk memasak pun dilakukan di teras rumah. Tidak berani dilakukan di dapur.
"Ketika gempa terjadi, kebetulan isteri lagi masak di dapur. Kebetulan pintu dapur tidak terbuka, jadi langsung ke luar. Untungnya nggak terkunci. Kalau terkunci lalu lari ke ruang tamu mungkin akan tertimpa reruntuhan," kisah lelaki sepuh ini.
Menurutnya, warga di sini juga belum tersentuh bantuan. Baik itu dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat. Bantuan baru datang dari pihak keluarga, kerabat atau teman.
Meski mereka tinggal di perumahan, sebagai warga Cianjur dan korban gempa, juga mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat. Setidaknya merasa bahwa pemerintah peduli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H