Hari Minggu, sejatinya hari leyeh-leyeh saya. Membiarkan piring kotor menumpuk sejenak. Ini sih sebenarnya menjadi tugas si Mbak. Berhubung hari ini si Mbak libur, jadi saya abaikan dulu tumpukan piring kotor itu.
Tapi leyeh-leyehnya terhenti ketika anak kedua saya ke meja makan dan terdengar suara tudung saji yang tertutup. Di meja makan sih kosong. Tidak ada apa-apa hahaha... kasihan banget.Â
"Kakak mau makan?" tanya saya menghampirinya ke dapur. Kebetulan suami minta dibuatkan kopi.
"Iya," jawabnya.
"Mau sarapan apa?" tanya saya.
"Telur ceplok," jawabnya.
"Telur ceplok atau telur dadar?" tanya saya yang dijawab terserah.
Ya sudah karena terserah, jadi ya terserah saya dong. Hak preogratif chef tidak bisa diganggu gugat. Terbersitlah bikin omelet kentang tumis. Belum pernah juga kan. Kebetulan ada kentang yang sudah direbus.
Jadi kentang rebus itu saya lumatkan, lalu saya tumis dengan bumbu yang sederhana. Irisan bawang merah, bawang putih, dan cabai.
Tambahkan sedikit sawi putih yang sudah dipotong-potong. Aduk-aduk, kasih sedikit penyedap rasa. Koreksi rasa. Jika dirasa sudah matang, matikan kompor.
Kocok 2 butir telur ayam, masukkan tumisan kentang, aduk-aduk. Panaskan wajan dengan minyak goreng. Kebetulan stok mentega sudah habis. Dadar deh seperti mendadar telur. Balik telur, matang, lipat. Matikan kompor.
Omelet dan telur dadar sih sebenarnya sama saja. Kalau menurut saya ya. Tapi biar kekinian saya sebut saja omelet. Sudah, tidak usah protes ya.
Taruh omelet kentang tumis di piring. Lumuri dengan campuran saus mayones, saus cabai, saus tomat. Taburi deh dengan keju parut. Terakhir, taburi juga dengan bubuk cabai mengingat anak saya ini doyan pedas.
Taraa...jadilah menu sarapan yang amat sederhana ini. Setelah dicoba, kata anak saya sih enak. Ya enaklah secara dia penggemar telur dadar.
"Kalau pakai nasi enak nggak Bund?" tanyanya.
"Ya enak aja," jawab saya. Meski kentang sumber karbohidrat juga, mungkin kurang mengenyangkan. Tidak akan sekenyang makan dengan nasi. Padahal kentang yang saya lumatkan sebanyak 2 buah, lumayan mengenyangkan sebenarnya.
Dan, sepiring itu pun habis dilumatnya tanpa sisa. Itu artinya, masakan Chef Bunda Tety bisa dikatakan enakkkkkk... pakai banget.
Anak saya ini sarapan sendiri. Kebetulan kakaknya, yang tidak lain anak pertama saya, sedang menginap di rumah teman SMP-nya. Adiknya alias anak bungsu saya tengah berlatih karate di halaman parkir tanah wakaf Masjid Al Ihsan Permata Depok.
Demikian cerita di hari Minggu di pagi yang temaram. Sepertinya sih ada gelagat akan turun hujan. Terima kasih sudah membersamai. Selamat berlibur. Selamat weekend. Semoga kita semua sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H