Alhamdulillah, masing-masing anak menghabiskan setangkup roti selai itu. Saya tawari apakah mau menambah, katanya sudah kenyang.
Syukurlah. Berarti eksperimen saya ini bisa dibilang cukup berhasil. Kalau kata Dora The Explorer, "Berhasil, berhasil, berhasil!"
Setelah sarapan, anak-anak pun bersiap berangkat ke sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.40 WIB. Bisa dibilang  ini sudah terlambat.  Bisa-bisa sampai di sekolah pukul 07.00 lewat. Padahal, seharusnya sampai di sekolah itu pukul 06.45 WIB.
Tapi saya yakin sekolah akan memaklumi keterlambatan anak-anak. Saya yakin juga yang terlambat bukan hanya anak-anak saya saja. Faktornya karena hujan yang turun dari pukul 03.00 dini hari belum juga berhenti.
"Hujan, Bund," kata anak pertama saya.
"Kalau mau meraih masa depan gemilang, apapun kondisinya harus dihadapi. Gunung didaki, lautan diseberangi, sungai dilalui, badai diterjang, hujan pun diterobos," kata saya bagaikan seorang motivator.
Setelah membaca doa, motor pun melaju menerobos hujan yang belum juga mau berhenti. Langit masih saja menangis, menumpahkan keluh kesahnya yang setelah sekian lama dipendamnya.
Demikian. Terima kasih. Selamat beraktifitas. Langit kelabu bukan berarti hati ikutan kelabu. Semangatttt...!