Ini menu sarapan untuk anak pertama dan kedua saya tadi pagi. Telur dadar lapis gulung. Tentu saja ala saya, Chef Bunda Tety. Sebagaimana namanya, telur dadar lapis yang digulung.
Ada dua lapisan telur dadar gulung ini. Lapisan pertama berisi nasi tumis ikan salem, lapisan keduanya diisi dengan tumis daun singkong. Terus digulung deh. Bagi dua.
Potong-potong. Kasih saos tomat, saos cabai, dan keju parut. Jadi deh. Apakah rasanya enak atau malah aneh?
"Kak Najmu ayo sarapan, cobain deh. Enak nggak?" kata saya pada anak kedua saya yang kebetulan tengah selonjoran di sofa ruang tamu. Ia pun beranjak ke meja makan.
Setelah dicoba, katanya enak. Seporsi itu habis dimakan tanpa sisa. Malah minta nambah.
Satu piring lagi saya bawa ke kamar anak pertama saya di lantai atas. Kalau hari libur, biasa "mengurung" di kamar.
"Kak, sarapan. Cobain nih," kata saya sambilnya menyodorkan piring.
"Ini apa?" tanya saya.
"Telur dadar lapis gulung. Isinya nasi tumis ikan dan tumis daun singkong," kata saya.
Saya tidak beranjak dari kamarnya. Saya ingin memastikan apakah dimakan secara anak saya ini tidak suka makan daun singkong. Saya perhatikan anak saya memakannya.
"Bagaimana, enak?" tanya saya, yang dijawab enak.
Syukurlah. Eh, habis juga itu dimakan. Malah minta nambah. Jadi, saya bikin lagi deh sekalian buat adiknya. Eh, ternyata habis juga. Alhamdulillah. Senang dong saya.
Ya, bagaimana tidak happy, menu sarapan ini disukai anak-anak. Agak surprised juga sih mengingat anak pertama saya itu tidak suka dengan olahan daun singkong. Tidak suka saja. Rasanya agak pahit di lidahnya.
Tapi, setelah diolah menjadi telur dadar lapis gulung, eh dimakan juga. Tadinya saya menduga tidak akan dimakan. Atau paling tidak, daun singkongnya disingkirkan terlebih dulu, baru dimakan. Nyatanya tidak.
Kalau anak kedua saya malah sebaliknya. Dia suka saja sih makan olahan daun singkong. Diolah apapun akan dimakannya. Dijadikan lalapan ok, apalagi kalau dicocol sambal hijau. Jadi, saya tidak heran jika menu ini disantap juga.
Daun singkong sendiri, menurut saya, jika diolah menjadi sayur, rasanya enak banget. Apalagi kalau dicampur dengan ikan teri. Dan, ternyata, berdasarkan apa yang saya baca, daun singkong mengandung berbagai nutrisi yang baik bagi tubuh.
Dalam artikel yang saya baca di sini
daun singkong mengandung berbagai nutrisi yang baik bagi tubuh. Beberapa di antaranya, vitamin, protein, mineral, dan asam amino esensial.
Proteinnya bermanfaat untuk membantu membentuk sel-sel tubuh dan penyusun sistem enzim. Asam amino membantu mengubah energi menjadi karbohidrat, memulihkan luka kulit, membantu meningkatkan daya ingat, serta menjaga kesehatan tulang dan metabolisme tubuh.
Tidak hanya itu, klorofil yang ditemukan pada daun singkong juga bersifat antikanker dan antioksidan. Nah, itu artinya, mengonsumsi daun singkong banyak manfaat yang dirasakan oleh tubuh.
Sebenarnya tadi agak malas juga menyiapkan menu sarapan. Maklum, hari Minggu. Waktunya leyeh-leyeh buat saya. Inginnya sih beli makanan jadi saja. Tapi berhubung cuaca mendung jadi mager juga saya keluar.
Saya pun ke dapur, mencari-cari adakah kiranya "harta karun" yang bisa diolah menjadi menu sarapan? Di kulkas saya temukan rebusan daun singkong dan ikan salem yang sudah dibumbui. Ada juga tersisa 4 butir telur ayam.
Kalau dijadikan isian telur dadar lapis gulung, boleh juga dicoba. Siapa tahu anak-anak suka. Namanya juga eksperimen. Bisa gagal, bisa tidak. Namanya juga coba-coba. Bisa enak, bisa tidak enak. Setidaknya, saya sudah pernah mencoba.
Ok. Langkah pertama, tumis nasi dengan daging ikan salem yang disuwir-suwir. Bumbu tumisnya biasanya saja. Bawang merah, bawang putih, cabai merah. Setelah bumbu ditumis masukkan nasi secukupnya berikut ikan salem.
Tambahkan air dari larutan 1 sendok teh tepung sagu, kira-kira 100 mili, aduk-aduk, kasih sedikit penyedap rasa. Aduk-aduk. Kalau sudah matang, matikan kompor, sisihkan.
Langkah kedua, tumis daun singkong. Bumbu tumis dan cara menumisnya juga sama. Tambahkan air dari larutan ]1 sendok teh tepung sagu, ya kira-kira 200 mili aduk-aduk, kasih sedikit penyedap rasa. Matang, sisihkan.
Kemudian langkah ketiga, dadar telur. Kocok 1 butir telur, kasih sedikit garam, campur dengan 1 sendok teh tepung sagu, aduk-aduk sampai merata. Dadar deh. Saya bikin 2 telur dadar. Sisihkan.
Oh iya, saya tambahkan tepung sagu biar telur dadar gampang digulung, tidak robek atau hancur. Setidaknya begitu hasil analisa saya hehehe...
Langkah selanjutnya, taruh nasi tumis di telur dadar hingga menutupi permukaan telur dadar, terus dilapisi dengan telur dadar, isi dengan tumis daun singkong hingga memenuhi permukaan, gulung deh.
Setelah digulung, saya bagi dua. Satu buat anak pertama saya, satu lagi buat anak kedua saya. Terus dipotong- potong, tambahkan saos tomat, saos cabai, dan parutan keju. Jadi deh.
Prosesnya memang membutuhkan waktu lebih dari 30 menit. Tapi berhubung hari libur, ya jadi tidak masalah juga. Kan tidak terburu-buru juga. Jadi masaknya bisa agak santai. Malah sambil mencuci piring segala hehehe...
Apakah ada yang ingin mencoba? Isinya sih sesuai selera saja. Dengan jenis sayuran lain juga bisa. Ya suka-suka saja. Tidak ada pekemnya kok. Namanya juga bereksperimen.
Demikian. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI