Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kajian Sirah Nabawiyah, Hikmah Perjalanan Dakwah Rasul ke Thaif

23 Oktober 2022   14:03 Diperbarui: 23 Oktober 2022   14:13 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu 23 Oktober 2022, Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, mengupas kajian Sirah Nabawiyah yang mengangkat perjalanan/dakwah Nabi ke Thaif.

Kajian usai shalat subuh berjamaah ini disampaikan oleh Ustadz Idrus Abidin, Lc, MA. Berikut rangkuman kajian yang diadakan secara hybrid ini.

Setelah 10 tahun Rasulullah menjalankan dakwah di kalangan kaumnya sendiri di sekitar kota Makkah, namun hanya sebagian kecil saja yang mau memeluk agama Islam atau bersimpati kepadanya.

Selebihnya selalu berusaha dengan segala daya upaya untuk menganggu dan menghalangi beliau dan pengikut-pengikutnya. Karena itu, Nabi memutuskan untuk berdakwah di luar kota Mekkah.

Pertimbangan ini juga tidak lepas dari perlakuan kaum kafir Quraisy yang selalu merundung Nabi. Tiga bulan setelah wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib, Rasulullah SAW pun pergi ke kota Thaif.

Dengan harapan, Nabi akan mendapatkan dukungan dari kepala suku yang ada di Thaif. Sekaligus membawa misi dakwah agar kaum Thaif bersedia memeluk agama Islam.

Rasulullah berangkat ke Thaif diam-diam dengan berjalan kaki di bulan Syawal. Dalam perjalanan ini Rasulullah SAW tidak mengirim utusan. Nabi berjalan sendiri dengan ditemani  Zaid bin Haritsah RA, anak angkat yang juga sahabat Nabi.

Ini pertama kalinya Rasulullah berdakwah di luar kota Makkah di awal masa kenabiannya. Jaraknya sekitar 90 kilometer dari Masjid Al Haram di Kota Makkah.

Setiap bertemu dengan kabilah dalam perjalanannya, Nabi selalu mengajak kepada Islam. Tapi, ajakan ini selalu mendapat penolakan.1

Di Thaif, Rasulullah menemui 3 bersaudara yang menjadi kepala suku penduduk Thaif -- Abdi Yalail, Mas'ud, Hubaib. Ketiganya adalah putra dari Amir bin Umair Ats-Tsaqafi. Beliau duduk-duduk bersama mereka sambil mengajak kepada Allah dan membela Islam. Namun, dakwah ini ditolak mentah-mentah.

Rasul kemudian menemui para tokoh dan pemuka lain. Lagi-lagi dakwah ini ditolak. Rasul bahkan mendapat perlakuan yang sangat kasar dari penduduk Thaif. Mereka mencaci maki nabi.

Selama 10 hari di kota Thaif, Rasulullah kerap mendapatkan perundungan. Mereka melempari Rasulullah SAW dengan batu sampai kaki Nabi berdarah.

Zaid bin Haritsah yang berada di samping Rasulullah tidak tinggal diam. Sahabat Rasul ini membela dan melindunginya. Seperti halnya yang terjadi pada Rasullullah, kepala Zaid pun terluka akibat terkena lemparan batu.

Akhirnya, Rasulullah berlindung dan bersembunyi di kebun milik 'Utbah bin Rabi'ah untuk menghindari kejaran orang-orang Thaif dengan penuh kesedihan. Jaraknya 3 mil dari Kota Thaif.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Nabi kemudian duduk-duduk di bawah pohon anggur. Di sini, Rasulullah SAW pun memanjatkan doa, "Ya, Allah kepada-Mu aku mengadu kelemahanku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku pada pandangan manusia.

Wahai Zat Paling Penyayang. Engkaulah Tuhan orang yang ditindas dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakan Engkau menyerahkan diriku? Kepada orang asing yang akan menyerangku atai kepada musuh  yang menguasai aku?

Rasulullah kemudian melanjutkan doa:

Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli. Akan tetapi ampunanMu lebih luas bagiku (daripada kemurkaanMu).

Aku berlindung dengan cahaya wajahMu, yang menerangi segala kegelapan dan teratur segala urusan dunia dan akhirat di atasnya, daripada Engkau menurunkan kemarahanMu kepadaku atau Engkau murka kepadaku.

Hanya untukmuMu segala kerelaan hingga Engkau ridha. Tidak ada daya kekuatan kecuali bersamaMu".

Demikian Rasul menutup doanya (sebagaimana diriwayatkan dalam HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir)

Mendengar doa ini, Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah pun merasa kasihan. Keduanya meminta budaknya, Addas, yang beragama Nasrani untuk memberi Nabi setangkai anggur.

Addas menaruh buah anggur di hadapan Nabi. Beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca 'bismillah", dan memakannya. Lalu terjadilah dialog.

Addas berkata, "Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa diucapkan oleh penduduk negeri sekitar sini."

"Dari negeri mana dan apa agamamu?" tanya Nabi.

"Aku seorang Nasrani dari penduduk Naynawa," jawabnya

"Dari perkampungan laki-laki yang sholeh, Yunus bin Matta?" kata Rasul.

"Apa yang membuatmu mengenal Yunus bin Matta?" tanya Addas lagi.

"Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi, akupun seorang Nabi," kata Rasul.

Addas langsung merengkuh kepala Nabi, kedua tangan dan kedua kaki Nabi pun diciuminya. Menyaksikan hal ini Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah saling bertanya keheranan.

Ketika Addas datang, keduanya bertanya "Bagaimana kamu ini! Apa yang telah kamu lakukan?"

"Wahai tuanku! Tidak ada sesuatu pun di muka bumi ini yang lebih baik dari orang ini! Dia telah memberitahukan kepadaku suatu hal yang hanya diketahui oleh seorang Nabi," jawab Addas.

Setelah pertemuan tersebut, Rasul pun pulang. Ketika sampai di Qarmu Ats-Tsa'alib, malaikat Jibril didampingi malaikat penjaga gunung menyampaikan bahwa Allah menerima doanya.

Malaikat berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka."

Namun, Rasulullah meminta malaikat untuk tidak melakukan hal tersebut. Dengan harapan suatu saat nanti orang-orang Thaif akan memeluk Islam dan beriman kepada Allah SWT.

Rasulullah lantas berdoa, "Ya Allah! Tunjukkanlah kaumku (ke jalan yang lurus), karena sesungguhnya mereka itu tidak mengerti."

Ya, begitulah lembutnya hati Nabi Muhammad. Sekalipun sudah dilempari batu hingga terluka parah, Rasulullah SAW tidak dendam kepada penduduk Thaif.

Di kemudian hari, penduduk Thaif akhirnya menjadi pengikut Rasulullah SAW dan memeluk agama Islam. Termasuk Addas yang ikut memeluk Islam. Nama Addas diabadikan menjadi nama satu masjid, Masjid Addas di Thaif. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Kisah perjalanan Rasulullah ke Thaif ini penuh hikmah. Meski  kita tidak bisa menyamai akhlak Nabi, setidaknya kita bisa mengambil hikmah untuk tetap memiliki harapan yang baik meskipun harapan itu tampak jauh dari kita.

Sebagai hamba Allah, kita juga harus senantiasa berserah diri kepada Allah, menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya. Selalu berdoa pada saat-saat sulit. 

Tidak patah semangat di kala ujian mendera dan tidak menjadi manusia yang suka menyimpan dendam di dalam kalbu. Tidak boleh berputus asa atau depresi ketika menghadapi suatu ujian, meski ujian tersebut cukup berat.

Dari kisah tersebut, menunjukkan bahwa dakwah harus dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan kelembutan hati. Karena tujuan dakwah adalah menyampaikan wahyu dan membawa kebaikan. Jangan sampai perasaan kecewa dan dendam justru malah membawa keburukan bagi orang-orang yang dituju.

Terpenting adalah selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Di dalam kesedihan pasti ada hikmahnya, di dalam kesulitan pasti ada jalan keluarnya.

Demikian. Semoga memberikan pencerahan.

Wallahu'alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun