Di setiap halte, penumpang "berteriak" untuk tidak memasuki penumpang lagi karena sudah penuh sesak.
"Pinang Ranti, Pinang Ranti," teriak petugas.
"Mas, jangan disuruh naik lagi, ini udah penuh banget. Mau berdiri bagaimana ini," kata penumpang yang disambut ucapan yang sama penumpang yang lain.
Di halte berikutnya, petugas mengingatkan penumpang untuk tidak memaksakan diri naik, masih ada bus berikutnya.
Melihat kondisi seperti ini saya akhirnya memutuskan tetap di bus Tj, tidak transit di halte Pancoran Tugu. Saya sudah malas lagi untuk menunggu. Tidak apa-apalah harus jalan kaki dari Halte Cawang Ciliwung ke Stasiun Cawang.
Saya tidak mengerti mengapa pemandangan di halte bus Tj begitu "horor" di jam sibuk. Entah kalau pagi. Â Saya pikir, pemandangan ini hanya ada di Stasiun Manggarai. Nyatanya tidak. Apakah tidak ada solusi yang tepat?
Ketika saya tanya kepada petugas mengapa bus lama lewatnya, katanya karena faktor macet di jalan saja. Apakah tidak ada solusi lain?
Harusnya, halte juga dibuat senyaman mungkin. Jadi penumpang ada pilihan mau tetap berdiri atau menunggu hingga situasi memungkinkan sehingga bisa menunggu dengan nyaman.Â
Nah, karena itu, harus ada fasilitas tempat duduk yang memadai. Tapi sepertinya sulit terwujud deh mengingat haltenya juga kurang luas untuk bisa menampung begitu banyak penumpang.
Saya merasa halte semakin terasa sempit karena disesaki penumpang dengan berbagai tujuan. Ada tujuan Kota, St Manggarai, St Palmerah, TU Gas, Tanjung Priuk, Pinang Ranti, Poris, dan entah apa lagi. Belum lagi yang ke arah Blok M.