Hikmah yang bisa diambil dari kisah Abu Thalib:
Pertama, orang-orang Quraisy memahami makna kalimat tauhid yang bisa membatalkan peribadatan mereka kepada berhala yang mereka sembah. Mereka memahami kalimat tauhid itu adalah lawan dari perbuatan kemusyrikan yang selama ini mereka lakukan.
Jika Abu Thalib sampai mengucapkan kalimat tauhid, itu artinya Abu Thalib telah membenci agama kemusyrikan.
Kedua, Abu Jahal bin Hisyam dan 'Abdullah bin Abi Umayyah selalu berargumentasi dengan Abu Thalib mengenai agama nenek moyang.
"Apakah Engkau membenci agama Abdul Muthallib?" begitu yang sering disampaikan keduanya ketika Abu Thalib dalam keadaan sakratul maut.
Ini adalah bentuk argumentasi yang sangat jelek dan tercela, mengingat nenek moyang mereka berada dalam kemusyrikan.
"Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." (QS. Az-Zukhruf 43: 22)
Ketiga, hindari pengaruh jelek dari teman pergaulan yang buruk. Hendaknya kita selalu waspada dan menjauh dari bergaul dengan teman-teman yang berpotensi membawa kejelekan.
Abu Thalib enggan mengucapkan kalimat tauhid, karena ketika dia sudah sakit parah dan hendak meninggal dunia, dia ditemani oleh teman-teman yang buruk.
Keempat, jika seseorang dipastikan meninggal dalam kondisi kekafiran, maka tidak boleh dimintakan ampunan (maghfirah) dan tidak boleh didoakan.