Rasullullah bersabda, "Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas."Â (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits bahwa mukmin yang cerdas, yang tahu bahwa ia tidak tahu kapan meninggalnya dan di mana? Ia tidak tahu apakah ia mendapatkan husnul khotimah ataukah meninggal dalam kondisi bermaksiat? Karena itu, ia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi hari perpisahan itu.
"Orang yang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri, yang sanggup menundukkan nafsunya untuk beribadah kepada Allah, yang selalu beramal untuk kepentingan akhirat, yang sadar untuk introspeksi diri atas kelalaiannya dan memanfaatkan usia sebaik-baiknya, ia ingat dan taat pada Allah kapan saja, di mana saja," jelas ustadzah.
2. Bersikap tenang dan terus mengucap kalimat syahadat saat menjelang ajal
Rasulullah SAW menganjurkan, saat menjelang ajal lisannya terus mengucapkan kalimat syahadat.
"Malaikat maut mendatangi seorang laki-laki yang hampir meninggal dunia. Setelah memeriksa hati orang itu, ia tidak mendapati apa-apa di dalamnya. Kemudian ia membuka mulut orang itu dan mendapati di ujung lidahnya ada yang menempel pada langit-langit mulutnya suatu ucapan La Ilaha Illallah. Allah SWT lalu berkenan mengampuni dosanya dikarenakan kalimat tersebut diucapkan dengan ikhlas."Â (HR. Abu Huraira)
Jika seseorang yang hampir mati tidak sanggup mengucapkan la Ilaha Illallah karena lemah, maka orang di sekitarlah yang menuntunnya dengan sikap lemah-lembut.
Menyaksikan orang yang sedang sakaratul maut , akan membuat kita merenung dan bertadabur tentang kematian . Jiwa kita akan selalu ingat, menahan diri untuk malas beribadah , menumbuhkan semangat beramal, dan selalu menambahnya betapapun letih dirinya.
3. Berprasangka baik kepada Allah SWT menjelang ajal
Rasulullah bersabda, "Jangan sampai salah seorang di antara kalian mati kecuali dia berbaik sangka kepada Allah SWT!" (HR. Muslim).
Dari hadist tersebut, Nabi mengingatkan kita untuk tidak berputus dan mendorong kita untuk senantiasa berharap kepada Allah SWT agar dirahmati dan mengampuni dosa kita. Sebab, hanya kepada Allah SWT kita berharap diterima serta diberi rahmat dan ampunanya.