Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menu Sarapan, Mie Goreng Enak Buatan Sendiri

16 September 2022   14:51 Diperbarui: 16 September 2022   15:12 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarapan apa tadi pagi? Kalau saya sih mie goreng. Tentu saja ala saya, Chef Bunda Tety. Saya mau kasih nama Mie Goreng "Bhinneka Tunggal Ika". Ada alasannya. Berikut kisahnya dalam setangkup mie goreng.

Seperti biasa, selepas shalat subuh pandangan mata saya mengitari dapur. Setelah melihat "harta karun" di kulkas, terbersitlah untuk membuat mie goreng. Kebetulan ada sebungkus mie telor.

Bahan-bahannya lumayan lengkap. Ada kol, sawi, bayam, jagung pipil, bakso, daging ayam, tahu, tempe, bawang bombai, paprika hijau. Pas kan buat campuran mie goreng. Lengkaplah itu.

Saya ambil sayur kol, sawi hijau dan sayur bayam secukupnya, kemudian dipotong-potong. Berikut 3 butir bakso, 3 potong tempe, 1 potong tahu, dipotong-potong.

Untuk bumbu menumis, 1/2 buah bawang bombay, 1/2 buah paprika dipotong-potong.  Tidak lupa 3 siung bawang putih, 2 siung bawang merah, 2 butir kemiri, dihaluskan 1 batang daun bawang, iris tipis.

Cara membuatnya gampang banget. Rebus mie telur hingga matang. Lalu tiriskan dan tuang sedikit minyak, aduk rata agar mie tidak menempel satu sama lain. Jangan terlalu lama merebus mie karena dapat membuat teksturnya menjadi lunak dan dapat mengubah rasanya.

Kemudian tumis bumbu hingga harum. Masukkan daun bawang, tumis sebentar.
Masukkan tempe, tahu, daging ayam, tumis hingga matang.

Lalu masukkan sawi hijau, bayam, kol, dan jagung pipik. Masak hingga layu. Masukkan saos cabai, kecap manis, dan sedikit garam. 

Tuangkan sedikit air. Sedikit saja. Masak hingga mendidih. Masukkan mie telur, aduk rata dengan bumbu, kasih sedikit penyedap rasa. Koreksi rasa.

Jika sudah tampak kuahnya agak kering, angkat. Sajikan mie telur goreng spesial di piring. Disantap selagi hangat pasti nikmat banget. Terlebih anak-anak penikmat mie. Mie memang salah satu makanan favorit di Indonesia.

Sebagai pemanis, saya tambahkan daun selada, potongan mentimun, dan potongan tomat. Tidak lupa saya siapkan pula saos tomat dan saos sambal. Siapa tahu, kurang pedas.

Saya kasih nama menu kali ini Mie Goreng Bhinneka Tunggal Ika. Jangan ada yang protes ya. Kan yang masak saya, jadi suka-suka saya kasih nama hahaha... Maaf yaaa...

Saya kasih nama demikian karena kan "meski berbeda-beda tetapi satu tujuan". Sama seperti filosofi mie goreng buatan saya ini. Meski isinya berbeda-beda dan beragam, tetap namanya satu: mie goreng. Bukan begitu?

Ternyata, mie ada filosofinya lho. Dilansir dari China Highlights, mie adalah simbol panjang umur. Alasan ini muncul tidak lain karena bentuk mie yang panjang. Mie juga bisa dilambangkan sebagai kebahagiaan dan rezeki yang tidak terputus.

Meski demikian, saya tidak membolehkan anak-anak makan mie setiap hari. Minimal seminggu sekali. Begitu anjuran pakar kesehatan yang sering saya baca. Apakah benar? Sepertinya perlu ditelusuri.

"Kakak...ayo waktunya sarapan," seru saya.

Seperti biasa saya berdiri di samping anak-anak yang tengah sarapan. Ini sih untuk memastikan bahwa sajian menu sarapan yang saya bikin memang enak atau mungkin kurang rasa.

Kalau dilihat dari komposisinya sih ya mengandung gizi cukup lengkap. Ada karbohidrat, protein, mineral, lemak, serat, vitamin. 

Jadi cukup menyehatkan mengingat zat-zat ini aman dibutuhkan oleh anak-anak dalam proses tumbuh kembangnya. Terpenting, selain bergizi, juga menyehatkan.

"Bagaimana, Kak, enak?" tanya saya pada Kakak Putik, anak pertama saya.

"Rasanya bagaimana, kurang apa?" tanya saya pada Kakak Najmu, anak kedua saya.

Anak-anak sih menjawab enak dan bilang rasanya pas. Ketika habis, saya tawari apakah mau nambah? Soalnya di wajan masih ada buat 1 porsi mah.

Katanya, waktunya tidak memungkinkan buat menambah. Soalnya mau ke SPBU. Biasanya antrean panjang. Jadi, harus menghitung waktu. Oke, baiklah.

Demikian kisah menu sarapan kali ini. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun