Apakah tidak akan memunculkan rasa trauma bagi kepala sekolah dan guru, juga sekolah-sekolah (negeri) lainnya? Ini akan menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan.
Harusnya ini juga jadi bahan pertimbangan oleh pihak pemprop DIJ. Tidak serta merta memberikan sanksi kepada kepala sekolah dan guru. Harus dilihat secara keseluruhan.
Menjadi pertanyaan saya, anak tersebut stress apakah memang murni karena merasa tertekan akibat "pemaksaan" pakai jilbab atau karena akibat lain? Kondisi ini kan harus diperkuat oleh pemeriksaan kejiwaan dari ahlinya.
Karena berita yang saya baca, orang tua anak itu bercerai. Si anak tinggal sama ibunya. Bisa jadi akibat perceraian orang tua juga kan?
Saya kasihan saja dengan kepala sekolah dan tiga guru dibebastugaskan. Meski sifatnya sementara, tetap memunculkan stigma bahwa pihak sekolah menjadi pihak yang tersalahkan.
Apalagi dengan munculnya tudingan bahwa kepala sekolah dan guru tersebut telah melakukan tindakan intoleran? Intoleran dari mana coba? Kan yang disampaikan ajaran dan perintah agama kepada anak didik yang beragama sama.
Dinamakan intoleran kalau ada pemaksaan untuk menjalani ibadah yang bukan bagian dari keyakinan dan agama siswa. Ini kan tidak.
Apa sih fungsi guru di sekolah? Selain mendidik anak-anak dengan ilmu pengetahuan, juga berperan sebagai orang tua kedua bagi anak didik. Jadi, wajar orang tua menasihati sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang.
Memakai jilbab bukan hanya untuk perempuan yang menguasai ilmu agama Islam dan pandai mengaji saja. Ini adalah kewajiban bagi semua perempuan muslimah.Â
Kewajiban memakai jilbab ini, ditegaskan dalam surat An Nur ayat 31.
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)."