Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sarapan Kolak Pisang, Mengapa Tidak?

8 Agustus 2022   08:52 Diperbarui: 8 Agustus 2022   08:55 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi, anak pertama dan anak kedua saya sarapan dengan kolak pisang. Tadinya, mau saya siapkan sarapan nasi dengan soto telur omellet. Ternyata stok nasi habis di rice cooker.

Saat itu, saya lagi malas untuk masak nasi. Jadi, terpikirkan oleh saya mengapa tidak bikin kolak pisang saja ya untuk sarapan anak-anak?

Kebetulan, kemarin dapat kiriman satu sisir pisang kepok dari ayah saya. Pisang hasil "kebun" belakang rumah abah, begitu biasa saya menyapanya. Pisangnya lumayan besar-besar.

Kolak pisang memang sih identik dengan menu berbuka puasa. Ini menjadi menu favorit masyarakat Indonesia saat berbuka puasa. Buah pisang memang disukai banyak kalangan masyarakat.

Tapi disajikan untuk sarapan pagi, mengapa tidak. Kandungan energinya cukup buat anak-anak sampai istirahat pertama di pukul 9.45, bahkan saat istirahat kedua pada pukul 12.00.

Bikinnya juga gampang kok. Tidak ribet. Tidak sampai 15 menit juga jadi. Bahan-bahan tambahannya juga yang ada di dapur.

Tinggal tambahkan sedikit vanila, sedikit garam, gula merah secukupnya, dan tiga sendok makan penuh susu bubuk sebagai pengganti santan.

Maksudnya sih biar suami juga bisa menyantap kolak pisang juga. Soalnya sejak terkena serangan jantung, makanan bersantan harus dihindari suami saya.

Ok. Saya pun memotong-motong 6 buah pisang kepok, masukkan ke dalam panci. Tuangkan air secukupnya. Gula merah saya parut agar cepat larut.

Tidak lupa masukkan vanila, garam, dan susu bubuk. Tentu saja dua helai daun pandan. Rebus sebentar sambil diaduk- aduk. Setelah mendidih sekitar 3 menit, matikan.

Sengaja tidak merebus lama untuk menjaga agar vitamin yang terkandung dalam buah pisang tidak hancur. Kan sayang jadinya.

Sudah, jadi deh kolak pisangnya. Mulai proses hingga matang tidak sampai 15 menit. Sangat pas ketika tidak cukup waktu untuk menyiapkan sarapan, atau dalam keadaan terburu-buru.

Saya sajikan dong ke dalam piring dan ditaruh di meja makan. Saya sajikan juga teh manis hangat. Makan dan minum yang hangat-hangat kan bikin segar tuh pembuluh darah. Tubuh juga terasa hangat.

"Kak, sarapan dengan kolak pisang saja ya,"  kata saya kepada anak pertama dan kedua saya.

Alhamdulillah, habis disantap. Saya tawari apakah mau menambah, jawabnya tidak. Katanya, sudah kesiangan. Anak-anak sih memang harus sampai di sekolah itu jam 6.50. Jadi, jam 6.15 anak-anak harus sudah jalan.

Pisang sendiri adalah buah yang memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Mengandung potasium, serat, vitamin C dan B6. Buah ini diyakini dapat membantu menurunkan risiko kanker dan asma.

Buah pisang juga diyakini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, menjaga kestabilan kadar gula darah, dan mengatasi diare.

Dari berbagai sumber yang saya baca, buah pisang juga mengandung triptofan dan asam amino yang dapat meningkatkan daya ingat dan memperbaiki suasana hati.

Kolak pisang juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan. Kandungan seratnya berperan penting untuk melancarkan pencernaan dan mencegah susah buang air besar.

Manfaat lainnya? Banyakkkk. Coba dicek saja ya.

Demikian info pagi dari saya. Selamat sarapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun