Di tengah penderitaan ini Allah menundukkan sebagian orang Quraisy untuk membantu kaum muslimin yang terisolir. Allah swt. tidak akan pernah melupakan Nabi pilihanNya dan orang-orang yang beriman bersamanya.
Allah jadikan orang-orang yang masih punya hati memiliki rasa belas kasihan. Satu di antaranya adalah Hisyam bin Amr, seorang yang dimuliakan kaumnya. Ia berupaya membantu untuk meringankan penderitaan kaum muslimin yang terisolir.
Hisyam membawa untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Begitu sampai di dekat lembah di pinggiran timur Makkah yang disebut Syi'b Abi Thalib, ia melepaskan kendali untanya kemudian dihentikannya unta itu.
Begitu pula ketika untanya itu membawakan pakaian. Namun, semua itu diselundupkan dalam jumlah sedikit. Itu diutamakan untuk anak-anak.
Kaum muslimin pun mencoba membeli makanan dari luar Makkah. Namun, pedagang secara tidak adil menaikkan harga bahan makanan sehingga situasi keuangan Muslim semakin sulit.
Abu Lahab saat itu mengumumkan kepada para pedagang, "Wahai para pedagang! Naikkan hargamu kepada sahabat-sahabat Muhammad sehingga mereka tidak bisa membeli apapun," serunya.
"Kalian semua sudah mengetahui kekayaanku, dan kalian sudah tahu bahwa saya akan menepati janjiku, saya akan mengganti kalian semua, tidak akan ada kerugian atas kalian," tambah Abu Lahab.
Para pedagang pun lantas menaikkan harganya berlipat-lipat. Otomatis, ketika sahabat Nabi pulang kembali ke rumahnya, anak-anaknya menangis kelaparan, dan tangannya kosong tidak membawa makanan yang bisa mereka konsumsi.
Nabi Muhammad tetap bertahan. Keimanannya dan juga pengikutnya tidak tergoyahkan. Nabi tetap melakukan dakwah dan tarbiyah. Tekad dan keberaniannya tidak pernah melemah. Dia terus pergi Ka'bah dan berdoa.
Dalam setiap kesempatan selalu digunakan Nabi Muhammad untuk berdakwah kepada orang luar yang mengunjungi Makkah untuk bisnis atau ziarah.