Mengapa bisa? Karena pahala amalan dari anaknya mengalir juga kepadanya. Membaca Alquran, bersedekah dan wakaf, atas nama orang tersebut, melaksanakan ibadah haji, ibadah umrah.
Pahala amal jariyah mengalir padanya. Amal yang tidak akan terputus pahalanya meski orang tersebut telah meninggal dunia. Amalan yang termasuk dalam amal jariyah ada tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak saleh.
"Itu sebabnya kita harus menciptakan anak-anak yang soleh agar kelak nanti mendoakan orangtuanya. Atau kita sebagai orangtua juga menjadi anak yang soleh untuk mendoakan orangtua kita yang sudah wafat. Karena ini akan membantu kelak di akhirat nanti," kata ustadz.
Pertanyaan lainnya, dari ayat-ayat yang disampaikan tadi, apakah kiamat sudah terjadi? Apakah gambaran neraka itu sekedar gambaran?
Orang mati itu sudah termasuk kiamat, yaitu kiamat sugra atau kiamat kecil. Berakhirnya kehidupan di dunia. Mengapa dikatakan kiamat karena sudah tidak bisa lagi melakukan amalan-amalan kebaikan atau memperbaiki diri.
Seseorang yang mengalami kematian saat di dunia, masih termasuk "beruntung". Ia tidak merasakan hebatnya goncangan yang meluluhlantakkan dunia jika sangkakala ditiupkan. Kematian ini juga menjadi pembelajaran bagi orang yang masih hidup untuk memperbaiki diri.
Meskipun waktu kedatangan kiamat hanya Allah SWT saja yang mengetahuinya, sebagai seorang mukmin yang baik kita harus selalu meyakini bahwa hari akhir (kiamat) pasti akan tiba. Karena menyakini hari akhir atau kiamat termasuk ke dalam rukun iman yang kelima.
"Semoga kita selalu terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan kita ke api neraka. Semoga Allah selalu melindungi kita dari api neraka yang bahan bakarnya dari jin dan manusia," tutup ustadz.
Demikian kajian hari ini. Semoga mencerahkan. Wallahu'alam bisshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H