Di ayat selanjutnya, Allah berfirman, Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (QS Ali Imran: 37)
Pola asuh yang tergambar dari ayat-ayat ini adalah selama mengandung seorang ibu dituntut untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mulai mencita-citakan masa depan buah hati sejak dalam kandungan.
Jika kita menginginkan Allah yang menjaga anak-anak kita sebagaimana pengasuhan Maryam yang diasuh langsung oleh Allah, maka niatkan pada Allah sebagai dai-dai umat Islam.
"Misalnya memohon agar anak kita kelak menjadi penghapal Alquran, penghapal hadist, ulama, mengabdi pada agama Islam, menjadi imam masjid. Insyaallah akan mendapatkan pengasuhan dari Allah," tutur ustadzah.
Maryam kecil pun dibawa ke Al Quds. Ia tumbuh sebagai pelayan Tuhan di dalam Baitul Quds. Menjadi satu-satunya perempuan yang bisa memasuki Al Quds, Palestina. Saat itu, yang boleh masuk hanya kaum laki-laki. Kala itu, ada 4000 laki-laki yang berada di Al Quds.
****
Maryam binti Imran, seorang perempuan yang namanya diabadikan dalam Alquran sebanyak 34 kali. Menjadi perempuan satu-satunya yang namanya diabadikan di salah satu surat Alquran, yaitu Surat Maryam.
Ibunda dari Nabi Isa AS ini adalah sosok perempuan yang begitu mulia. Selalu menjaga harga dirinya dan taat beribadah kepada Allah SWT.
Menjadi yatim piatu di usia 6 tahun, Maryam tumbuh dengan karakter yang kuat. Memiliki keikhlasan dan ketegaran hati. Menjalankan setiap hari demi hari kehidupannya dengan ibadah.
Sejak kecil Maryam memiliki kedekatan kepada Allah SWT. Membiasakan dirinya dengan banyak beribadah. Munajat dan doa tidak pernah ia lupakan. Ketakwaannya juga begitu sempurna.