Dari kegiatan ini bisa diambil hikmah bahwa HR Gathering bisa menumbuhkan motivasi kerja, mengembalikan intensitas komunikasi, menemukan ide-ide baru, menjaga hubungan baik antar relasi, dan mempererat kerjasama tim.
Dengan adanya gathering ini, karyawan juga merasa diapresiasi dan diperhatikan perusahaan. Kepuasan akan timbul dan bisa berdampak sangat positif pada hasil kerja dan kinerja karyawan. Hasil kerja karyawan yang optimal tentunya akan sangat menguntungkan bagi perusahaan di masa mendatang
Dalam HR Gathering ini hadir juga beberapa perusahaan. Di antaranya Nityo Infotech, Ninja Express, Harapan Baru Lidya, Optik Tunggal, Agro Tech, Advance Mediacare Corpora, Sinar Selaras Rezeki, Bithour, Hello Kreasi Pratama, Plastech Indonesia, Maximus Makmur Medika, Surya Kreasi, dan media.
Acara ini ditutup dengan ramah tamah dan juga pembagian doorprize.
Tetap bertahan di tengah krisis
GetPaid bisa dibilang startup baru di Indonesia, masih bayi. Sebagaimana layaknya bayi, riskan terhadap segala situasi dan keadaan. Masa pandemi Covid-19, menjadi titik juang untuk terus bisa bertahan hingga sampai ke titik ini.
Sebagai startup baru, tentu saja tidak ingin mengalami nasib serupa dengan sejumlah startup Indonesia yang melakukan PHK besar-besaran kepada ratusan pekerja mereka. Tidak sedikit startup mengalami bangkrut dan terpaksa harus gulung tikar alias tutup dan tidak beroperasi.
Gelombang PHK ramai diperbincangkan masyarakat lantaran disebut-sebut sebagai bubble burst. Yaitu kondisi yang terjadi ketika harga barang naik jauh di atas nilai riil barang tersebut.
Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan adanya perubahan perilaku investor. Inflasi yang cepat ini juga diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi.
Bubble burst ini pernah mengguncang industri internet pada 1990-an, yang dikenal juga dengan istilah dotcom bubble.
Nah, yang menjadi pertanyaan, mengapa para startup yang sempat dipuja-puja itu bisa mengalami kebangkrutan? Apa yang salah? Apa yang harus dilakukan startup-startup lain agar tidak mengalami nasib tragis yang serupa?