Huruf berharakat tasydid adalah harakat yang berbentuk seperti huruf w atau seperti kepala dari huruf sin yang diletakkan di atas huruf arab.
Setelah dibaca selama 6 harakat langsung nabr atau menekan suara sedikit lebih tinggi. Tasydid melambangkan penekanan pada satu huruf ganda.
Ayat 4, 5, 6, 7, 8, tidak ada kata yang dibaca 6 atau 5 atau 4 harakat. Kalau pun ada yang dibaca panjang, itu pun hanya 2 harakat.
Untuk ayat 9, 11, 12 ada kata yang dibaca 4 atau 5 harakat. Mengapa dibaca 4 atau 5 harakat karena setelah huruf mad bertemu dengan huruf hamzah. Ini disebut Mad Wajib Muttasil.
Seperti kata "wajaa" di ayat 9, karena setelah kata "wajaa" bertemu huruf hamzah, maka kata "wajaa" dibacanya 4 atau 5 harakat.
Begitu pula ayat ke-11 untuk kata "al maa" karena setelah huruf mad bertemu huruf hamzah, maka dibacanya 4 atau 5 harakat.
Ayat 16, 17, 19, 24, 28, 37, 38 pun demikian ada kata yang dibaca 4 atau 5 harakat. Selebihnya di ayat-ayat setelahnya dibaca normal dan 2 harakat.
Secara umum, bacaan mad terbagi menjadi 2 saja. Yaitu mad thabi'i (mad asli) dan mad far'i (mad turunan atau mad cabang) yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.
Mad Thabi'i atau mad asli terjadi jika ada alif yang terletak sesudah fathah, atau huruf ya' sukun terletak sesudah kasrah atau juga huruf wau yang terletak sesudah dhammah. Dibacanya 2 harakat.
Mengapa kita perlu memahami hukum bacaan Mad? Tentu saja agar kita tidak keliru saat membaca Alquran. Jika bacaan Alquran tidak sesuai dengan kaidah tajwid, dan tidak menerapkan bacaan Mad, maka akan mengubah makna ayat Alquran yang dimaksud.
Bagaimana pun membaca Alquran dengan benar, baik, dan indah adalah keharusan bagi seorang muslim.