Saya mengelus dada melihat podcast Deddy Corbuzier menampilkan pasangan gay Ragil Mahardika dan Fred Vollert pada Sabtu 7 Mei 2022.Â
Kekecewaan saya semakin mendalam karena sebelumnya Deddy juga menampilkan pasangan lesbi dan LGBT dalam podcastnya.Â
Yaitu menampilkan Yumi Kwandy dan Chika Kinsky, Jeje dan Nino, serta Dinda Syarif, seorang transgender yang menyandang Miss International Queen Indonesia 2018.
Astaghfirullah al'adzim, maksudnya apa ya menampilkan sosok seperti itu? Apakah ingin memberikan contoh kepada masyarakat? Ingin membawa LGBT agar mendapat tempat di Indonesia?
Apakah tidak ada sosok lain yang lebih menginspirasi? Mengapa harus sosok itu yang diberi ruang? Mengapa tidak dipikirkan baik buruknya? Apa yang ada di pikiran seorang Deddy Corbuzier? Buat menghasilkan cuan?
Sangat menyedihkan. Jujur, saya ingin menangis. Saya termasuk yang sangat tidak setuju kisah kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menjadi tontonan publik, mendapat tempat, mendapat ruang.Â
Menampilkan mereka itu sama saja dengan ikut menyiarkan pasangan tersebut. Ikut mengakui pasangan itu. Sama saja mendukung LGBT melalui kontennya. Apakah ini yang dinamakan toleransi?
Judul podcastnya saja "Tutorial Jadi G4y di Indo!! Pindah ke Jerman Ragil dan Fred". Nyeleneh banget bukan? Provokatif banget. Jadi mengkampanyekan kehidupan LGBT. Aduh, bagi saya tidak ada sama sekali nilai edukasinya!
Buat apa juga ada pertanyaan tentang cara seseorang bisa menjadi gay. Maksudnya apa? Ingin meracuni dan merusak perilaku masyarakat, terutama anak muda? Mau merusak moral dan tatanan masyarakat Indonesia?
Dalam agama yang saya pahami, dalam kitab suci agama saya yang saya baca setiap hari, bahwa Allah SWT menciptakan manusia itu dengan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Bukan dengan sesama jenis.