Menjelang gerbang tol Cigombong, kami disuguhi pemandangan pegunungan di kanan dan kiri jalan.
Setelah tol Bocimi yang ke arah Cigombong, Kabupaten Bogor, kendaraan mulai padat. Jalur di google maps menunjukkan warna merah hingga ke titik tujuan. Berarti macet nih. Saya sudah siap-siap mental menghadapi kemacetan.
Tapi syukurlah, meski kendaraan padat merayap, tapi tidak tersendat. Tidak harus berhenti lama sebagaimana peristiwa di tol-tol lain yang cukup "mengenaskan". Mobil masih bisa berjalan.
Karena mobil yang kami kendarai jenis Isuzu bighorn, jadi suami bermanuver mengambil bahu jalan yang cukup dilewati untuk satu mobil. Jalan yang tidak mulus ini cukup membantu kami melewati belasan mobil yang terlihat merayap.
Kami serasa tengah offroad mengingat kontur bahu jalan ini tidak mulus, berbatu, dan bergelombang. Suami saya memang sudah terbiasa offroad bersama teman-teman komunitasnya. Bahu jalan ini masih belum seberapanya dengan kontur jalan saat offroad.
Sebenarnya beberapa ratus meter dari pintu keluar tol Bocimi ada jalur alternatif. Ada petugas yang membawa bendera merah yang mengarahkan kendaraan jika ingin melewati jalur ini.
Beberapa rambu lalu lintas menuju jalan alternatif terlah disediakan oleh jajaran Satlantas Polres Sukabumi sebelum memasuki jalan alternatif tersebut. Ada tulisannya juga "Jalur alternatif Cibadak - Sukabumi".
Jalur alternatif ini tembus ke Parungkuda. Namun, abang saya tidak menyarankan untuk lewat jalur alternatif. Katanya sih macet-macet juga, lagi pula sempit dan bergelombang.
Kata abang saya, jalur alternatif ini memang kerap digunakan sebagai jalur menuju Sukabumi saat macet. Jalur Cihideung sepanjang 54 Kilomter ini juga cukup terjal dengan kontur jalan yang cenderung berkelok dan turun-naik.
"Jalur altenatif ini nggak selebar jalan utama, dan turun-naik. Nggak semua pengendara bisa melewati jalur ini, apalagi sedan. Lamun jenis mobil bighorn mah bisa," kata abang saya.