Senin, 2 Mei 2022, kita merayakan Hari Idulfitri 1443 Hijriah. Tidak ada perbedaan hari lebaran sebagaimana perbedaan awal Ramadan. Semua menyambut dengan penuh suka cita. Tidak terkecuali saya dan keluarga.
Karena kami tidak mudik, kami melaksanakan shalat Ied di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Tepatnya sih di jalanan di area sekitar masjid. Masjid sudah dipenuhi jamaah pria, maka jamaah perempuan diarahkan di jalan.
Tidak masalah. Karena dekat, saya tiba di tempat shalat 15 menit sebelum shalat ied dimulai. Saya bersama tiga anak saya yang semuanya perempuan. Sementara suami, berbeda jalur.
Saya sampaikan ke anak-anak, meski shalat ied hukumnya sunnah namun amalan ini memiliki keutamaan dan mendatangkan pahala yang melimpah.
Karena itu, jangan sampai ditinggalkan. Terlebih shalat iedulfitri hanya setahun sekali. Kecuali secara syariat memang tidak memungkinkan untuk menjalankannya.
Shalat ied dimulai tepat jam 7 pagi. Shalat sebanyak 2 rakaat. Rakat pertama dengan 7 kali takbir, dan rakaat kedua dengan 5 kali takbir.
Setiap kali takbir membaca "subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar". Yang artinya, "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."
Setelah shalat ied, dilanjutkan dengan kutbah. Ustadz menyampaikan rasa syukurnya karena kita masih bisa melaksanakan shalat ied dengan disambut sinar matahari yang cerah.
Secerah hati dan pikiran kita, secerah cahaya dari Allah yang menerangi kegelapan-kegelapan, yang pada akhirnya kita mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya Allah.
Dengan cahaya itu pula kita akan kembali kepada Allah. Semoga kita selalu dicintai Allah. Allah tidak pernah membuat kita tersesat. Kita akan kembali kepadaNya, kembali ke kampung asal kita. Kampungnya Nabi Adam Alaihiwasallam.
Zakat fitrah adalah simbol kepedulian umat Islam. Jangan sampai ada kelaparan ditunaikan oleh individu muslim. Jika tidak membayar zakat, puasa yang kita jalankan tidak ada keberkahan.
Sebisa mungkin amaliah Ramadan, seperti puasa, zakat, qiyamullail, iktikaf, dan berbagai amal sosial seperti sedekah, silaturahim, dan memberi makan orang yang berbuka puasa, terus berlanjut.
Ustadz juga mengingatkan untuk tidak pernah menghapus sejarah. Dulu, kesultanan di Indonesia menyerahkan kekuasaan untuk bangsa ini. Dari kesultanan ini tonggak-tonggak sejarah Indonesia terbangun.
Jangan pernah melupakan. Kesultanan Bone, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten, Kesultanan Buton, dan kesultanan-kesultanan lainnya. Ada ratusan kesultanan di Indonesia kala itu.
"Mereka berhasil mengeluarkan kepemilikannya untuk Indonesia. Itu adalah zakat umat Islam untuk bangsa Indonesia," katanya.
Para sultan sudah berzakat untuk bangsa ini. Mereka telah mengalahkan hawa nafsu untuk berkuasa dan menyerahkan kekuasaan mereka kepada Presiden Soekarno sehingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', "kesucian". Siapapun yang sudah berzakat dia berhak mendapat kesucian.
Tidak hanya dalam bentuk harta. Tetapi juga kesucian jiwa, mensucikan jiwa. Shalat, shalat jumat, umrah cara Allah mensucikan jiwa. Karena itu, jangan pernah meninggalkan shalat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa yang di antara semua itu, jika dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim)
Dari hadist itu ditekankan bahwa shalat lima waktu yang wajib, shalat Jumat, puasa Ramadan, dapat menghapuskan dosa dan maksiat.
Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat lima waktu, juga menunjukkan keutamaan hari Jumat. Maksudnya adalah dari shalat Jumat ke shalat Jumat. Dari hadist ini juga menunjukkan keutamaan bulan Ramadan.
Dosa-dosa bisa dihapus dengan syarat menjauhi dosa besar. Jika tidak dijauhi, maka dosa-dosa kecil tidak terhapus. Allah Ta'ala berfirman,
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (QS. An-Nisa': 31)
Idulfitri identik dengan "kembali ke fitrah". Apa makna fitrah?
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS al-Rum/30:30).
Fitrah mempunyai makna "asal kejadian", "keadaan yang suci", dan "kembali ke asal". Maka, Idulfitri sering dimaknai sebagai "kembali ke keadaan suci tanpa dosa" setelah sebulan penuh ditempa berbagai amalan Ramadan.
Karena itu, ustadz mengajak umat  untuk merawat intensitasnya ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah agar tidak berhenti pada saat Ramadhan saja. Keistiqamahan mesti dijaga, terutama naluri untuk mengenal Allah yang merupakan fitrah tiap manusia.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. Ar-Rum: 30)
Dengan kata lain, Idulfitri adalah konsep kehambaan yang mengantarkan kita untuk kembali mengenal Allah subhanahu wata'ala.
Bukankah tanpa kita sadari bahwa Ramadan yang telah berlalu mengantarkan sekaligus mengajarkan kita untuk kembali mengenal Allah melalui beragam ibadah?
Kita terselamatkan oleh puasa kita, terutama mengendalikan hawa nafsu. Puasa mengendalikan mental kita. Sebenarnya, persoalan zaman sekarang dengan zaman-zaman sebelumnya adalah sama, yaitu menyangkut hawa nafsu.
Seperti halnya raja-raja kesultanan yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk tetap mempertahankan kekuasaannya. Bisa saja para raja ini menolak untuk bergabung dengan Indonesia, tapi nyatanya tidak.
Â
"Ketika nafsu tidak terkendali, manusia menjadi seorang diktator, ia menginginkan kekuasaan-kekuasaan lain.
Hanya hawa nafsu dan ketidaktahuan (jahil) yang membuat seseorang tidak beriman Islam atau merasa berat mengamalkan syariat Islam.
Sejatinya, kutbah dalam shalat iedulfitri ada dua. Namun, para jumhur ulama menyepakati bisa dilakukan satu kali atau dua kali.
Ustadz pun memutuskan hanya sekali kutbah dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya karena faktor jamaah yang mungkin memiliki kesibukan lain setelah shalat ied.
Setelah kutbah, rangkaian shalat ied pun selesai. Kami pun kembali ke rumah masing-masing. Saya sendiri bersama suami mengitari satu persatu rumah di sektor Berlian 1.
Sekiranya tidak mudik, saya dan suami pun bertandang untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
Kepada teman-teman Kompasiana, secara khusus juga saya bersama keluarga mengucapkan Selamat Hari Idulfitri 1443 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin. Semoga semuanya sehat selalu.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H