"Kondisi ini menjadi indikasi kuat pemicu terjadinya hujan di sekitar Mandalika pada saat event MotoGP berlangsung, kondisi ini juga menurun sampai pukul 17.00 WITA," urainya.
BMKG, katanya, sebenarnya sudah memberikan informasi mengenai prakiraan cuaca di Mandalika untuk tiga hari ke depan. Dan, berdasarkan prakiraan cuaca, di Mandalika memang akan terjadi hujan dalam intesitas lebat hingga ringan.
Jadi, ketika aksi Mbak Rara menghentikan atau menghalau atau memindahkan hujan, yang terlihat berhenti, sejatinya memang sudah waktunya hujan berhenti. Bukan karena "intervensi" pawang hujan.
"Tinggal rintik-rintiknya saja. Kalau dilihat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki di BMKG, dalam kondisi cuaca rintik-rintik sudah bisa dilakukan balapan," ujarnya.
Buktinya, dari awal pawang itu "bekerja", hujan kan tidak berhenti juga. Ketika hujan berhenti, itu bukan karena pawang hujan. Karena durasi waktu hujannya saja yang sudah selesai.
"Ini video Citra Radar, warna hijau kuning hujan ringan atau rintik-rintik, yang warna merah hujan lebat. Lihat kanan atas jam UTC," katanya saat mengirimkan video radar citra satelit.
Karena itu, meredanya hujan, lanjutnya, tidak bisa dikaitkan dengan "keberhasilan" pawang hujan. Karena secara saintis itu sulit untuk dijelaskan.
Menurutnya, pawang hujan itu merupakan sebuah kearifan lokal yang sulit dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan Prakiraan Cuaca BMKG disusun berdasarkan sains teknologi dan dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan data-data observasi parameter meteorologi.
"Sehingga tidak dapat dicampuradukan dalam penjelasanya, namun keduanya bertujuan untuk mensukseskan perhelatan MotoGP Mandalika," katanya.
Sebagaimana kita ketahui melalui tayangan video aksi Mbak Rara beredar luas di media sosial. Memakai helm berwarna putih, Mbak Rara melakukan ritual dengan memukul-mukul baskom berwarna keemasan di Sirkuit Mandalika.