Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rusia dan Ukraina Perang, Batu Bara Indonesia Mulai Diburu

13 Maret 2022   14:48 Diperbarui: 13 Maret 2022   14:53 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com

Artinya, keberadaan pertambangan fosil ini mampu mengurangi jumlah pengangguran di dalam negeri.

"Kenaikan ini juga akan kembali menghidupkan perekonomian masyarakat dan Pemda, di mana lokasi pertambangan batu bara berada," katanya.

Dikatakan, batu bara terus menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar pada subsektor mineral dan batu bara.

Tahun lalu, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) pada sektor ini mencapai Rp 75,15 triliun atau 192% dari target. Sedangkan tahun ini diproyeksi bisa melebihi target tahun lalu.

Adapun terhadap upaya transisi energi, batu bara menjadi salah satu penopang energi terbesar di dalam negeri. Mengingat transisi energi atau peralihan penggunaan pada pembangkit energi bersih masih pada tahap pengembangan.

Perlu menjadi catatan, biaya investasi untuk pengembangan energi baru terbarukan cukup mahal. 

Dalam beberapa kesempatan Kementerian ESDM  menyebutkan investasi yang diperlukan untuk pengembangan EBT mencapai Rp400 triliun dalam 10 tahun ke depan. Hitung-hitungan ini setelah mempertimbangkan RUU EBT rampung.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi KESDM Dadan Kusdiana sempat menerangkan energi terbarukan pada sektor kelistrikan masih cukup tinggi mencapai US$1 - US$2 juta per Megawatt (MW) EBT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun