Perang antara Rusia dan Ukraina masih saja berlanjut. Meski kedua negara diterpa udara yang sangat dingin, bahkan di angka minus 20 derajat selsius, tetap tidak sanggup memadamkan api peperangan. Yang ada, justru kian berkobar.
Akibat peperangan antara dua negara bertetangga, bahkan bersaudara ini, membuat ketidakpastian pasokan minyak dan gas bumi di sejumlah negara. Hingga kini, Rusia belum memasok batu baranya ke beberapa negara Eropa termasuk ke China.
Negara-negara yang terdampak peperangan ini lantas mulai beralih pada batu bara. Terlebih perang tidak bisa diprediksikan kapan usai.
Perang ini sendiri diawali pada 24 Februari 2022, saat Rusia melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina, salah satu negara tetangganya di sebelah barat daya.
Seperti diketahui, perang antara Rusia dan Ukraina telah berdampak pada kenaikan harga batu bara. Bahkan sempat mencapai rekor tertinggi yakni US$ 446 per ton pada Rabu, 2 Maret 2022.
"Saat ini, batu bara menjadi incaran dunia. Situasi ini memberikan dampak positif bagi Indonesia," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, dalam keterangannya, Jumat, 11 Maret 2022.
Dikatakan, Â negara kita menjadi salah satu negara penghasil batu bara termal terbesar di dunia. Berada di posisi ketiga dunia, setelah China dan India. Ketersediaan batu bara ini relatif masih cukup banyak dan dapat diterima.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, produksi batu bara dalam negeri hingga 4 Maret 2022 telah mencapai 74,02 juta ton
Jumlah ini setara dengan 11,16 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah. Yakni 663 juta ton hingga akhir tahun nanti.
Dari jumlah tersebut, batu bara Tanah Air yang telah dijual ke pasar diekspor sebesar 11,14 juta ton. Sebanyak 18,24 juta ton lainnya diperuntukkan bagi industri dalam negeri.