Minyak goreng masih saja langka. Di beberapa minimarket, Â stoknya terbatas. Karena terbatas, maka pembeliannnya pun dibatasi.Â
Ada yang sampai rela antre dari pagi hanya untuk mendapatkan 2 liter migor. Terutama para ibu yang kesehariannya selalu berkutat di dapur.Â
Pertanyaannya, apakah masak-masak harus dengan digoreng dan menggunakan minyak goreng? Lalu seberapa banyak migor yang dibutuhkan untuk menggoreng?Â
Saya saja, migor 1 liter baru habis sepekan. Bahkan, bisa lebih. Memang harus dengan digoreng? Kan tidak. Bisa diolah dengan cara direbus atau dikukus, misalnya.Â
Jadi, Â sebetulnya tidak perlu panik juga masyarakat menghadapi kelangkaan minyak goreng. Seperti kata pepatah "tidak ada akar, rotan pun jadi". Begitu, bukan?Â
Meski kita tidak perlu panik, tetap saja persoalan kelangkaan migor harus dituntaskan. Masa Indonesia yang punya lahan sawit yang begitu luas, migor bisa langka. Kan aneh. Ini pasti ada sesuatu.Â
Kembali ke awal. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun lantas mengajak para perempuan untuk tidak panik di tengah polemik kelangkaan minyak goreng.
Karena tanpa minyak goreng pun, perempuan bisa menyajikan asupan bergizi kepada keluarga, terutama olahan berbahan baku ikan.Â
Ikan adalah salah satu sumber makanan yang enak, mudah didapat, dan sehat. Mengonsumsi ikan segar bisa menurunkan risiko beragam penyakit, termasuk jantung hingga stroke.
Namun, tidak semua cara memasak baik untuk mempertahankan nutrisi dalam ikan. Ikan yang digoreng justru tidak bagus untuk kesehatan.Â