Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Eh, Ada Angkot Pink di Kota Depok

3 Maret 2022   17:12 Diperbarui: 3 Maret 2022   17:20 2282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menjadi warga Depok, Jawa Barat, sejak saya mengenyam pendidikan SMP. Berarti lebih dari 30 tahun saya menetap di sini. Dari angkutan kota (angkot) hanya beberapa trayek hingga kini puluhan trayek. 

Dari angkot berjumlah sedikit, hingga sebanyak sekarang. Sampai pusing mau naik yang mana. Ada yang harus menunggu agak lama, ada juga yang cepat mengingat armada trayek tersebut cukup banyak. 

Di Kota Depok itu, kalau saya telusuri ada hampir 30 trayek yang siap mengantarkan penumpang ke berbagai tujuan. Mungkin karena wilayah Depok cukup luas, maka trayek angkot diperluas. Kalau saya sebutkan semua trayek itu, khawatir nanti jadi puyeng. 

Namun, selama saya tinggal di Depok, belum semua trayek itu saya naiki. Paling sering trayek D.05 rute Terminal Depok - Bojonggede. Ini adalah trayek menuju rumah saya. Dari saya masih menumpang di rumah orang tua di Ratujaya, hingga punya rumah sendiri di Permata Depok. 

Namun sudah belasan tahun rute D.05 ini hanya sampai Citayam atau Pasar Citayam. Mungkin karena rutenya terlalu jauh. Jadi, jika ingin ke Bojonggede naik angkot lagi dengan nomor trayek yang sama di Pasar Citayam. 

Beberapa trayek juga pernah saya naiki. Semisal trayek D.01 dengan rute Terminal Depok-Depok I Dalam. Sebelumnya, saya dan orang tua tinggal di Depok 1. Jadi, angkot D.01 sudah begitu familiar. Sering juga dinaiki.

Angkot D.02 dengan rute Terminal Depok-Depok II Tengah/Timur atau D.03 dengan rute Terminal Depok - Parung, juga sering saya naiki.

Selain trayek-trayek itu, ada angkot D.04 rute Terminal Depok-Kukusan, D.06 dengan rute Terminal Depok-Cisalak, D.07 dengan rute Terminal Depok-Citayam. Nah, trayek-trayek ini juga sudah pernah saya naiki.

Masih banyak lagi trayek angkot di Kota Depok, Jawa Barat, yang belum saya naiki seperti D.08 dengan rute Terminal Depok-Kampung Sawah. 

Ada dua trayek baru yaitu angkot D10A dan D05A yang melintasi Alun-alun Depok. Jika dihitung, berarti ada sekitar 32 trayek angkot di Kota Depok. Banyak juga ya. 

Dua trayek angkot ini hadir sejak Alun-alun Depok dibuka secara resmi pada Minggu, 12 Januari 2020.

Jika sebelumnya angkot D10 melayani rute Terminal Depok - Parung Serab - Kp. Sawah, sementara D05 melayani Terminal Depok -- Citayam -- Bojong Gede.

Setelah dilakukan rerouting, D10A melayani rute Terminal Depok-GDC-Terminal Jatijajar, sementara D05A dari Citayam dibelokkan ke GDC (Grand Depok City) kemudian ke Terminal Depok. Nah, 2 trayek ini juga belum saya coba.

Saat ini status jalan GDC sudah menjadi milik Pemerintah Kota Depok, sehingga pengelolaan dan pengaturan jalan sudah menjadi kewenangan Pemkot.

Sepertinya, trayek di Kota Depok bakal bertambah. Soalnya, Jalan Juanda yang dekat Tol Cijago belum ada angkot yang lewat. Baru bus Transjakarta dari halte Cawang UKI - Terminal Depok. Nah, yang ini sudah saya naiki.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Kalau diperhatikan warna angkot di Kota Depok juga bermacam-macam. Seperti warna pelangi. Ada biru, hijau, coklat, merah, merah maroon, orange, dan taraaa pink! 

Nah, beberapa hari lalu saya berkesempatan naik angkot berwarna pink dengan nomor trayek D.09. Rutenya Terminal Depok-Kalimulya. 

Warna angkotnya sungguh menggoda. Mungkin karena saya perempuan yang identik dengan warna-warna kalem seperti pink. Entah mengapa angkot ini diwarnai pink. Kan bukan angkot khusus perempuan?

Percaya tidak, itu untuk pertama kalinya saya naik angkot ini selama lebih dari 30 tahun tinggal di Depok!

Saya baru menyadari keberadaan angkot ini ketika saya mengantar anak pertama berobat ke RS Hasanah Griya Aliyah (HGA) yang tidak begitu jauh dari sekolahnya di SMAN 3 Depok. 

Saat itu, anak saya masih di kelas 9 dan siap-siap mendaftar di SMAN 3 Depok. Itu juga karena warnanya yang tidak biasa. 

Saat saya kontrol di RS Hermina Depok, saya melihat lagi angkot ini. Jadi, semakin penasaran.

Nah, pada Kamis, 24 Februari 2022, saya pun menjajal naik angkot pink ini. Itu setelah usai mendampingi siswa pemotretan untuk perpisahan kelas 9. Lokasinya di SMPN 1 Depok.

Kebetulan saya koordinator kelas (korlas) di kelas  anak kedua saya. Semua korlas menjadi panitia perpisahan kelas 9 pada Mei nanti. 

Usai pemotretan saya memang berencana ke RS HGA untuk mengambil obat anak pertama saya. Sudah beberapa hari belum saya ambil-ambil. 

Tadinya saya mau naik ojek online. Tarifnya 15 ribu. Tapi, akhirnya saya berubah pikiran. Saya mau mencoba naik angkot pink. Ingin tahu saja rutenya melewati mana saja. 

Jadi, saya berjalan sebentar ke jalan raya Siliwangi. Jalan raya utama. Jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Tidak sampai 10 menit. Paling sekitar 5-7 menit. Tidak begitu jauh juga dari RS Hermina Depok.

Setelah menunggu beberapa menit, angkot yang saya nanti-nanti pun tiba. Penumpang yang naik tidak begitu banyak. Jadi, saya cukup leluasa untuk duduk. 

Saya amati, sebagian rutenya hampir sama dengan trayek D.06. Jika D.06 lurus ke arah simpang Depok, nah angkot yang saya naiki belok ke kanan ke jalan Raden Saleh, Studio Alam TVRI. Saya pun turun di RS HGA karena tidak begitu jauh dari pertigaan.

"Dari pertigaan pemuda, berapa Bang?" tanya saya pada pengemudi.

"4000," jawabnya. Saya pun menyerahkan selembar uang Rp5000 dan mendapat uang kembali Rp1000. Termasuk wajar.

Urusan di RS HGA pun selesai. Saya kembali naik angkot pink mengingat rutenya ke arah terminal Depok. Melewati rute yang sebelumnya. Tapi, saya tidak sampai terminal. Saya turun di persimpangan apotek. Baru lanjut naik D.05. 

Akhirnya, kesampaian juga saya naik angkot pink. Sayangnya, saya belum sampai ke rute terakhir Kalimulya. Kalau dilihat dari namanya sih, sepertinya berada di sekitar belakang Grand Depok City (GDC). Karena GDC sendiri berada di wilayah Kalimulya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Sepertinya saya perlu menaiki satu persatu trayek angkot di Kota Depok. Jadi, saya bisa tahu jika suatu ketika saya ada keperluan ke rute trayek-trayek tersebut. 

Sepertinya sih, sudah mulai jarang orang naik angkot. Tidak sebanyak dan seramai ketika ojek online belum beroperasi. Kalau saya perhatikan, seringnya angkot dalam keadaan kosong. 

Untuk menyiasati agar angkot terisi, biasanya pengemudi ngetem agak lama. Kalau dalam keadaan santai, biasanya saya maklumi. Tapi kalau sudah lama dan saya mandi sauna, biasanya tegur. 

Bagi saya sendiri, ada hal-hal menyenangkan saat naik angkot. Pertama sih karena ongkosnya lebih murah. Bandingkan dengan tarif ojek online. 

Saya naik angkot pink PP lalu naik angkot ke Permata Depok, Citayam, menghabiskan ongkos Rp14.000 saja. Masih ada lebih Rp1000 dibanding naik ojol dengan tarif Rp15.000 dari SMPN 1 Depok ke RS HGA. Itu sekali jalan. 

Kalau pulangnya saya naik ojek online lagi, saya bisa mengeluarkan dana sekitar Rp50.000. Lumayan, bukan? Hehehe... 

Maaf ya driver ojol. Kadang kalau tanggal tua, jiwa emak-emak saya ke luar. Perhitungan banget. Apa lagi sekarang sembako merangkak naik.

Kedua, saya bisa mengamati rute jalan yang saya lewati. Saya jadi bisa tahu "oh gedung C di sini" atau "toko buku A lewat juga" dan lain-lain. Jadi, ketika ada orang atau teman menanyakan suatu tempat dengan naik angkot, saya bisa memberikan info.

Tidak enaknya naik angkot? Banyak juga. Yang paling menyebalkan adalah ngetem yang cukup lama. Kalau dihitung-hitung  dengan lamanya ngetem itu sudah bisa sampai tujuan. 

Hal lain yang menyebalkan jika ada penumpang dan pengemudi yang merokok. Terkadang saya tegur untuk mematikan rokoknya. 

Tidak enak lainnya kalau dioper ke angkot lain karena angkot yang saya naiki penumpangnya cuma saya saja. Untungnya sih saya tidak perlu bayar. 

Biasanya pengemudi suka bilang, "Nggak usah bayar, Bu".  Bayarnya ke pengemudi yang angkotnya kemudian saya naiki.

Selebihnya sih fine-fine saja semisal berisik, ya bisa dimaklumi. Namanya juga angkutan umum. Apalagi kalau penumpangnya anak sekolah. Wah, pasti riuh dengan suara tawa, cerita, dan hal-hal konyol lainnya.

Itulah cerita receh saya kali ini hehehe... 

Nah, berapa banyak trayek angkot di kotamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun