Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Kukira Kau Rumah" Sad Ending, Tamparan bagi Orang Tua

20 Februari 2022   11:07 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:08 7045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Bund, habis ini nonton ini yuk di Detos," kata anak pertama saya sambil menunjukkan poster film "Kukira Kau Rumah".

Film apa itu? Penasaran juga. Sebenarnya, saya paling malas nonton di bioskop. Tidak asyik saja. Tidak seru. Tidak leluasa mau ngapa-ngapain juga.

Alasan utamanya sih tidak boleh bawa makanan dan minuman dari luar. Kalau tertangkap tangan, makanan dan minuman disita. Nanti diambil ketika pulang. Menyebalkan, bukan? Hahaha...

"Ajak adiknya. Masa berdua aja," kata saya.

Kebetulan, Sabtu, 19 Februari 2022, sore saya sedang mengantar anak pertama saya kontrol RS Hasanah Graha Afiah (HGA) yang tidak begitu jauh dari sekolahnya.

Jadi, setelah urusan di RS selesai, suami menjemput bersama anak kedua dan ketiga, lanjut mengantar ke Depok Town Square (Detos), lalu suami pulang.

Film Kukira Kau Rumah yang dibintangi Prilly Latuconsina dan Jourdy Pranata
Ferry Noviandi sebagai pemeran utama, secara keseluruhan sih menarik. 

Terlebih, isu yang diangkat dalam film ini selain masalah percintaan, persahabatan, dan keluarga, juga mengangkat mengenai kesehatan mental atau kesehatan jiwa.

Judul film ini sendiri diadaptasi dari lagu berjudul sama yang dipopulerkan oleh Amigdala. Band indie asal Bandung, Jawa Barat. Entah, apakah ada kesamaan kisah dengan lagu yang juga menjadi soundtrack film besutan Umay Shahab ini?

Kukira Kau Rumah mengangkat cerita tentang anak perempuan yang memiliki gangguan bipolar dan bermasalah dengan kehidupan sosialnya. Perempuan itu adalah Prilly Latuconsina yang memerankan sosok Niskala yang biasa disapa Kala.

Karena gangguan kesehatan mentalnya itu, Kala benar-benar dijaga oleh keluarga. Termasuk 2 sahabatnya, Dinda yang diperankan Shenina Cinnamon, dan Oktavianus atau Anus yang diperankan Raim Laode seorang stand up comedy.

Sementara itu, tokoh Pram, yang diperankan oleh Jourdy Pranata, juga memiliki masalah kejiwaan. Ini akibat ayahnya yang meninggal saat ia masih anak-anak. Tidak diceritakan penyebab kematiannya. Apakah sedari kecil Pram kurang kasih sayang?

Di sisi lain, sang ibu disibukkan oleh urusan pekerjaan. Pram pun merasa kesepian di rumahnya cukup luas. Tidak ada tempat untuk bercerita. Kerap menyendiri dan membatasi pergaulan. Meluapkan rasa dengan menciptakan banyak lagu. Lagu yang hanya didengarkannya sendiri.

Hidup Niskala berubah setelah kehadiran Pram. Seiring waktu, keduanya saling melengkapi. Pram tidak lagi merasa sunyi. Ada teman untuk bercerita. Kala juga merasa happy.

Ke perpustakaan bersama, bernyanyi bersama di kafe tempat Pram kerja, meluangkan waktu bersama. Kehadiran Niskala membuat Pram menjadi lebih bersemangat. Niskala mampu mengisi hari-hari Pram yang sepi.

Membuat keduanya merasa hidup ini begitu berarti. Merasa sebagai manusia normal seperti manusia lainnya.

Hingga akhirnya, mereka benar-benar saling dekat. Awalnya Pram tidak mengetahui jika gadis yang dicintainya itu mengidap bipolar yang sewaktu-waktu bisa mengalami perubahan suasana hati.

Di sinilah, konflik-konflik mulai muncul. Dinda dan Anus yang menentang hubungan ini. Orang tua yang protektif, membuat sakitnya Kala kumat. Berteriak-teriak meluapkan amarah.

Akhirnya Pram mengetahui Niskala mengidap bipolar. Ia juga mengetahui permasalahan Niskala dengan ayahnya yang selalu protektif dan melarang Niskala untuk bersosialisasi.

Karena mendapat banyak pertentangan, terutama dari ayah Kala, akhir cerita ini sungguh menyedihkan. Sang ayah yang tiba-tiba marah dan menampar Pram saat mengetahui Niskala sedang bernyanyi di kafe dengan Pram.

Kala lantas ingin bunuh diri dengan loncat dari ketinggian. Kala berteriak bahwa ia tidak pernah didengar oleh ayahnya. Banyak hal yang tidak boleh ia lakukan. Ia juga merasa ayahnya malu mempunyai anak pengidap bipolar.

Namun, nyawa Kala bisa diselamatkan oleh Pram. Tragisnya, Pram sendiri akhirnya memutuskan bunuh diri dengan meloncat dari ketinggian. Menggantikan posisi Kala. Seketika, Kala menangis menjerit.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Akhir cerita tidak digambarkan bagaimana hubungan Kala dengan orang tua dan 2 sahabatnya. Apakah ayah menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Kala? 

Kisah di film memang ditutup dengan adegan Kala yang tersenyum ketika mendengar suara Pram memanggil namanya. 

Apakah itu menunjukkan kondisi kejiwaan Kala makin membaik atau sebaliknya memburuk paska peristiwa tragis tersebut?

Secara keseluruhan, menurut saya pribadi, film berdurasi 1 jam 30 menit ini menarik. Hanya memang ada celah. Terutama dari sisi edukasi bagaimana menangani anak yang mengalami sakit mental, terutama gangguan bipolar.

Di film memang selintas diceritakan Kala dibawa ke psikiater oleh kedua orang tuanya. Psikiater juga menyebutkan hasil diagnosisnya bahwa Kala terkena gangguan bipolar. Belum diketahui penyebab pastinya. Apakah genetik atau ada riwayat keluarga.

Sayangnya, di sini, psikiater tidak memberikan arahan atau solusi bagaimana menghadapi anak yang mengalami gangguan mental tersebut. Bagaimana bentuk support system yang dapat mendukung kesembuhan si anak.

Orang tua juga tidak ada keinginan untuk bertanya lebih jauh kepada psikiater bagaimana menjaga anak dengan gangguan bipolar. Akibatnya, anak menjadi terkungkung, yang justru membuat kondisi kejiwaan anak tidak membaik.

Letak kekurangan dari film ini, menurut saya, justru menjadi letak kelebihannya. Secara tidak langsung, film yang tayang perdana sejak 3 Februari ini, ingin mengedukasi orang tua bahwa penting lho menggali informasi lebih jauh mengenai sakit mental.

Bentuk dukungan orang tua tidak hanya berfokus pada obat-obatan saja. Mendengarkan apa yang disuarakan anak justru akan membuat anak menjadi lebih merasa sebagai manusia.

Mental illness yang dialami oleh Niskala, dan penanganan yang dilakukan oleh orang tuanya terkesan keliru. Saya sendiri menyalahkan orang tua Kala yang tidak mau mencari informasi lebih jauh.

Saya merasakan kesedihan Kala, kesedihan Pram. Juga kesedihan orang tua yang harus kehilangan anaknya. Akibat ketidakpedulian terhadap masalah kesehatan mental. Permasalahan utama di jaman sekarang.

Film ini bisa menjadi  tamparan bagi orang tua dan masyarakat bahwa pengidap sakit mental tidak bisa sembarangan ditangani.  Mereka butuh didengarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka butuh support atas kegiatan yang dilakukan.

Film Kukira Kau Rumah ini diproduksi bersama oleh Sinemaku Pictures dan MD Pictures. Kiki Narendra, Unique Priscilla, Andi Rianto dan Ananta Rispo turut membintangi film ini.

Mungkin karena film ini mengangkat isu kesehatan mental, yang begitu related dengan kehidupan jangan now, yang banyak dialami anak-anak dan remaja, hingga kini film tersebut masih diputar di layar bioskop.

Hingga kemarin, katanya, film yang juga diproduseri oleh Prilly Latuconsina, ini tembus lebih dari 2 juta orang yang menonton. Sesuatu yang luar biasa mengingat pandemi Covid-19.

Film ini saya rekomendasikan untuk ditonton. Menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa gangguan kejiwaan, tidak saja gangguan bipolar, begitu dekat dengan kita.

Gangguan bipolar sendiri adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan yang drastis pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat bahagia kemudian berubah menjadi sangat sedih.

Menurut WHO, gangguan ini menjadi salah satu penyebab utama cacat dan kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia.

Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga memengaruhi aktivitas penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi dapat membantu penderita menjalani kegiatan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun