Karena di apotek Klinik dr. Salma tidak ada Ascardia, keponakan suami menyarankan ganti dengan Aspilet. Mengonsumsinya sama. Sebanyak 4 tablet sekaligus dikunyah.
Sesampainya di rumah, saya dapati suami sedang tidur. Ditanya apakah dalam keadaan ngorok atau tidak? Kalau ngorok kemungkinan besar dalam keadaan tidak sadarkan diri atau koma. Saya bilang tidak.
Lalu, saya bangunkan suami untuk segera minum obat. Ini saran dari dr. Iqbal. Biasanya, suami suka menurut kalau itu arahan dari keponakannya. Saya sampaikan juga harus segera ke RS.
"Semakin lama dibawa ke RS semakin banyak otot jantung yang mati. Maka kemungkinan pulih sempurna semakin kecil," saya bacakan WA dari keponakannya itu.
Setelah minum obat, suami tidur. Bangun, suami merasa baikan. Ia merasa tidur mulu badan jadi sakit. Saya ingatkan lagi untuk segera ke RS. Jangan menunggu terjadi apa-apa baru ke RS. Suami masih belum mau.
Kebetulan, kakaknya dan 2 keponakannya datang. Kakaknya adalah ibu dari dr Iqbal. Saya sengaja memang memintanya ke rumah untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa.
Setelah melalui "perdebatan", akhirnya selepas Ashar, suami mau dibawa ke IGD RS Jantung Diagram. Butuh waktu tempuh sekitar 1 jam untuk bisa sampai ke sini.
Memang sih, ada beberapa RS yang lebih dekat dari rumah. Cuma, pertimbangan saya, kalau alatnya tidak memadai, lalu dirujuk ke RS lain, apa tidak semakin stress saya? Jadi, saya cari yang aman.
Tibalah di IGD. Setelah dilakukan sejumlah pemeriksaan, suami saya fix terkena serangan jantung. Saya menyaksikan ketika dr. Muhammad Barri Fahmi, SpJp melakukan USG jantung.
Di layar terlihat bagaimana kondisi jantung suami. Katanya, otot jantung terlihat kaku, tidak ada pergerakan. Itu menandakan, ada pembuluh darah yang tersumbat.
Ia menyarankan untuk pasang ring jantung untuk mengantisipasi kejadian gagal jantung. Solusi terbaiknya memang ini. Bisa saja sih minum obat, tapi tidak menjamin ketika terjadi gagal jantung bisa terselematkan.