Tidak terbayang juga kalau tidak ada para pemuda? Apa yang bisa diharapkan dari tenaga saya yang perempuan berikut anak-anak yang juga perempuan? Terlebih jalanan menanjak begitu.
Syukurlah, akhirnya mobil bisa kembali melaju dan berhenti di jalanan agak landai agar saya dan anak-anak naik ke mobil. Suami juga memberikan uang sebagai ungkapan terima kasih karena sudah membantu.
Tidak lama, di belakang kami, juga ada yang mengalami hal yang sama, padahal mobilnya kecil. Pemuda-pemuda itu kembali membantu dengan mendorong mobil.
Kata suami, kelemahan Bighorn memang tidak bisa menanjak tajam di jalanan aspal yang mulus, kecuali jalanan tersebut berbatu atau berlumpur.
Meski mobil sudah diset 4x4 tetap tidak berfungsi optimal. Terlebih sudah diset matic. Kondisi ini membuat pasokan udara yang mengarah pada mesin berkurang.
Beda ketika melewati jalanan yang berkontur bebatuan atau lumpur atau terjal. Ban-ban mobil langsung otomatis membaca sehingga 4x4 berfungsi optimal.
Digunakan saat menanjak atau untuk beban berat mobil diesel lebih kuat, bahkan saat menerjang banjir pun bisa diandalkan, tapi kalau jalan aspal mulus seperti begini agak susah.
"Seru kan perjalanannya? Memacu adrenalin," kata suami tertawa.
Suami saya tidak memperkirakan tanjakannya cukup ekstrim dan langsung belok menikung. Jadi, seperti tidak ada jeda waktu untuk bernapas. Waktu malam sih karena turunan belum ada gambaran securam ini mengingat tidak ada lampu penerangan jalan.
Tapi, mobil adik saya lancar-lancar saja hingga ke Puncak Darma. Adik saya berulang kali menelpon dan mengirim pesan di whatsapp tapi tidak ada jawaban dari saya. Memang karena tidak ada sinyal saja. Baru ada ketika di Puncak Darma.
Di tanjakan dan belokan berikutnya, terjadi lagi. Saya hitung, ini sudah untuk ketiga kalinya. Dan, Alhamdulillah berkat bantuan para pemuda setempat, mobil bisa kembali meneruskan perjalanan.