Nah, persoalannya kan jalanan jalur trans Loji Palangpang menanjak cukup tajam. Dan, pada saat mobil melintasi tanjakan diperlukan tenaga yang lebih dibandingkan jalanan yang datar atau menurun.
Kata Pak Bagas pemilik homestay yang kami inapi, setelah Puncak Darma jalanan cukup landai. Tetap menanjak tapi tidak curam. Selepas itu baru deh aman sebagaimana jalan awal.
Dalam perjalanan menuju Puncak Darma memang kami disuguhi pemandangan alam yang cantik alami. Teluk Ciletuh, hijaunya perbukitan, dan beberapa air terjun yang terasa menyegarkan mata.
Namun, kami juga disuguhi dengan kontur jalanan yang cukup menegangkan. Mending kalau cuma menanjak saja. Ini sudah menanjak eh langsung belokan dan tajam.Â
Pokoknya ekstrem banget. Saya sampai sport jantung. Dag dig dug, dag dig dug. Begitu juga anak-anak.
Beberapa kali tanjakan, mobil masih kuat melaju, namun beberapa kali tanjakan mobil Bighorn tidak bisa menanjak. Bagaimana tidak tegang, pas mau belok setelah tanjakan, mobil tidak kuat.
Mobil sudah digas berkali-kali tapi tidak bisa menanjak. Panik dong. Khawatir mobil meluncur ke bawah lalu menabrak mobil lain. Meski ban mobil sudah diganjal kayu yang biasa ada di mobil, tetap hanya menderu saja.
Saya dan anak-anak turun, siapa tahu bisa melaju. Untungnya, di setiap tikungan memang banyak pemuda setempat yang siap siaga membantu.
Kehadiran para pemuda ini memang atas inisiatif mereka untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa pemuda itu pun membantu mendorong. Bayangkan saja, ditanjakan dan tikungan mendorong mobil? Berapa banyak tenaga yang terkuras.