Di kartu vaksin juga menginformasikan jika ada temuan KIPI yang dialami anak untuk melaporkan ke puskesmas atau titik sentra vaksinasi untuk ditindaklanjuti.
Setelah mendapatkan kartu vaksin, anak saya diarahkan ke ruang observasi yang lain lagi. Di sini, anak diminta menunggu 15 menit lagi untuk memastikan KIPI benar-benar tidak ada atau bergejala ringan.
Lima menit berlalu, pulang deh. Sebelum pulang, anak saya foto-foto deh di backdrop bertuliskan "saya sudah vaksinasi".
Saya sendiri sebagai orang tua sangat mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun.
Mengapa saya mendukung karena anak saya harus belajar tatap muka di sekolah. Meski PTM diadakan 2 x dalam seminggu tetap saja berisiko terular virus Covid-19 dan berpotensi menularkan ke yang lain -- Â sesama murid, guru, orang tua dan orang-orang di sekitar rumah.
Alasan lainnya, anak dalam menerapkan protokol kesehatan yang kurang ketat. Seperti memakai masker yang terkadang ala kadarnya, berkerumun, tidak menjaga jarak, dan tidak sering mencuci tangan.Â
Ya, namanya juga anak-anak, kalau sudah bertemu dengan temannya lupa deh dengan keadaan. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja banyak juga yang tidak patuh.
Nah, dengan vaksinasi setidaknya anak saya bisa membentengi diri dari virus Corona penyebab Covid-19. Juga memiliki daya tahan tubuh dari serangan virus varian baru, omricon.
Terpenting lagi, saya sudah memenuhi hak anak saya untuk dilindungi dari sakit, cedera, dan berbagai kekerasan sebagaimana diamanatkan dalam Konvensi Hak Anak dan UU Perlindungan Anak.
Meski sudah divaksinasi, saya tekankan pada anak saya juga kepada yang lain untuk selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Memakai masker, tidak berkerumun, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir atau memakai hand sanitizer, membatasi mobilitas
Semoga Indonesia segera terbebas dari pandemi Covid-19 dengan segala variannya itu.