Allah bersumpah demi tempat/waktu terbit dan tenggelam tersebut bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Sekali-kali tidak, selama mereka tidak mau beriman.
41, untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan kami tidak dapat dikalahkan
42, Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
43, (yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-hala (sewaktu di dunia),
44, pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka.Â
Ayat 41-44 dari surah Al-Ma'arij menekankan Allah mampu menukar kaum kafir itu dengan generasi lain. Namun Allah membiarkan mereka tenggelam dalam kesesatan. Mereka pasti bertemu dengan hari kiamat dan akhirat yang dijanjikan yang selalu mereka ingkari itu dalam keadaan terhina.Â
Jadi, biarkan saja mereka itu seperti yang mereka mau. Terpenting Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan kebenaran. Adapun mereka yang tidak mau menerima dan bahkan mengolok-olok, nanti mereka bertemu dengan hari yang diancamkan pada mereka itu di hari pembalasan bersama berhala-berhala mereka.
Dalam konteks kekinian, ayat-ayat Alquran ini mengingatkan kita bahwa untuk meraih surga itu ada usaha yang sungguh-sungguh. Seperti halnya ketika kita ingin meraih dunia, kita pun melakukannya dengan kesungguhan hati.
Misalnya, untuk bisa menjadi PNS, kita harus melakukan serangkaian ujian. Agar ujian ini berhasil kita pun melakukan usaha dengan sungguh-sungguh.Â
Kita belajar soal-soal tahun lalu, atau membaca hal-hal yang berkaitan dengan materi ujian. Saat ujian, bangun lebih pagi agar tidak terlambat.Â
Atau, jika kita ingin mempunyai mobil, kita harus bekerja dulu dengan kerja yang lebih giat, mencari tambahan, menabung, menghemat, dan usaha-usaha lainnya sehingga akhirnya mampu memiliki mobil sendiri.
"Harus melalui usaha, berkeringat-keringat dulu. Ada pengorbanan. Jadi tidak mudah. Begitu pula jika ingin meraih surga. Kita juga perlu usaha untuk meraihnya. Misalnya, bagaimana dengan shalat kita, baik atau tidak? Tepat waktu atau tidak?" tuturnya.
Apa yang sudah kita korbankan untuk meraih surga? Jika sahabat-sahabat Rasul mengorbankan harta, waktu, dan tenaga hingga jiwa untuk Rasul dan Allah, bagaimana dengan kita?