isolasi mandiri bersama suami dan ketiga anak saya. Kalau saya tanpa gejala, sementara suami dan anak-anak bergejala.
Ini hari ke-9 saya melakukanAwalnya, ketika hasil swab antigen saya dinyatakan positif, seketika saya gelisah. Memikirkan nasib anak-anak dan suami. Apakah mereka tertular?
Kalau saya isolasi mandiri di rumah ayah saya, yang juga tengah isolasi mandiri karena ada riwayat kontak dengan ibu saya, siapa yang mengurus anak-anak saya?
Tapi sudah suratanNya begini, anak-anak dan suami juga terpapar Covid-19. Akhirnya, kami berlima melakukan isolasi mandiri.Â
Karena kami semua positif, jadi saya tidak diliputi kekhawatiran. Saya juga bisa memantau kondisi anak-anak.
Syukurlah, rumah saya ventilasinya cukup bagus. Sirkulasi udara baik. Sinar matahari bisa masuk ke rumah. Bisa juga berjemur meski hanya di dalam kamar.Â
Saya tetap meminta keluarga saya untuk menerapkan protokol kesehatan, semisal menjaga jarak, memakai masker, dan sering mencuci tangan.Â
"Ngapain juga sih pakai-pakai masker, kita kan sudah kena semua. Ya nggak apa-apa juga," kata suami.
"Protokolnya begitu. Di rumah sakit juga kan begitu. Meski sama-sama positif Covid-19, tetap saja harus pakai masker," kata saya.
"Lha itu kan beda, banyak orang. Kita kan cuma berlima," kata suami tertawa. Dipikir-pikir ada benarnya juga. Tapi saya tetap menganjurkan untuk memakai masker.
Karena sama-sama positif, saya jadi bisa mengurus anak-anak seperti hari-hari biasanya. Tidak ada kekhawatiran anak-anak saya kenapa-napa.